Bunuh, Perkosa, Lalu Santap Mayat Korbannya, Pria Jepang Ini Selalu Lolos Berkat Bantuan Ayah yang Kaya Raya, Malah Jadi Bintang Porno
RIAU24.COM - Seorang pembunuh yang memakan mayat korbannya mengaku tak paham bagaimana orang lain tak memiliki hasrat untuk mengkonsumsi daging manusia.
zxc1
Ketika polisi Prancis menanyai Issei Sagawa tentang pembunuhan mahasiswa Belanda Renee Hartevelt, dia dengan dingin menjawab: “Saya membunuhnya untuk memakan dagingnya.”
Sagawa tidak pernah menjalani hukuman penjara, bahkan menjadi selebriti di negara asalnya.
Lahir pada tahun 1949 di Kobe, Jepang, Sagawa mengklaim bahwa dia pertama kali berfantasi tentang memakan daging manusia ketika berusia enam tahun.
zxc2
Cerita favoritnya sebagai seorang anak adalah Hansel dan Gretal, dia bahkan ingat menatap paha teman sekelasnya di sekolah dasar dan berpikir: “Mmm, itu terlihat enak”.
Seiring bertambahnya usia, fantasi kanibalistiknya mengambil komponen seksual, dan dia mulai berfantasi tentang memakan daging wanita, terutama selebritas barat seperti aktris Grace Kelly.
Ketika polisi menangkapnya, Sagawa mengklaim bahwa dia bermaksud untuk melakukan pelecehan seksual terhadap wanita itu.
Ayahnya yang kaya membayar wanita muda itu untuk membatalkan tuduhan percobaan penyerangan seksual, dan Sagawa bebas.
Pada 1977, Sagawa yang berusia 28 tahun diterima di Universitas Sorbonne di Paris untuk belajar bahasa dan sastra.
Di sanalah dia menjalin persahabatan dengan siswa Belanda Renee Hartevelt, secara teratur mengunjungi apartemennya untuk memberinya pelajaran bahasa Jerman.
Tapi Sagawa termakan oleh keinginannya, dia membeli senapan dengan tujuan membunuh Renee dan mengkanibal tubuhnya.
Sebelum memakannya, Sagawa terlebih dahulu memakan daging Renee.
Dia ditangkap dan ditahan di Prancis selama dua tahun di mana psikolog memeriksanya. Seperti yang terjadi pada 1972, ayahnya yang kaya turun tangan dan, dengan bantuan seorang pengacara terkemuka, Sagawa dinyatakan gila secara hukum dan tidak layak untuk diadili.
Dia menghabiskan empat tahun berikutnya di unit psikiatri keamanan maksimum Prancis, selama waktu itu dia terkenal menulis dan mengilustrasikan sebuah novel, In The Fog.
Buku itu menceritakan kisah tentang seorang pria yang membunuh seorang wanita, memperkosa mayatnya, dan memakan potongan dagingnya, membuat banyak orang menyimpulkan bahwa itu adalah kisah nyata kejahatannya.
Setelah dideportasi kembali ke Jepang setelah mendapat reaksi keras dari In The Fog, ia dikirim ke rumah sakit Tokyo untuk evaluasi psikiatri.
Dokter Jepang memutuskan bahwa dia memiliki gangguan kepribadian tetapi tidak secara hukum gila, dan dapat dimintai pertanggungjawaban pidana atas kejahatannya yang tercela.
Namun, pihak berwenang Prancis tidak ingin membantu penuntutan dan oleh karena itu, karena celah hukum, Sagawa diizinkan untuk bebas pada 1986.
Dia menjadi selebriti di Jepang dan bahkan membintangi film porno pada 1992.
Sagawa juga telah menulis hampir 20 buku dan kolom mingguan di sebuah majalah Jepang.