Tahukah Anda, Inilah Kisah Dibalik Masjid Lautze, Kronik Cerita Muslim Tionghoa yang Menghidupkan Islam di Jakarta
RIAU24.COM - Azan zuhur berkumandang dari Masjid Lautze, rumah ibadah komunitas muslim Tionghoa. Bangunan Masjid Lautze terletak di kawasan perdagangan dan ruko yang sibuk. Fasad depan masjid tampak seperti kelenteng atau tempat rumah ibadah umat Konghucu, dengan warna tembok merah dan kuning serta bertengger lampu lampion khas Tionghoa.
Memasuki ruangan masjid, terhampar karpet hijau dengan garis kuning. Terlihat pajangan kaligrafi dengan gaya tulisan Mandarin berisi potong-potong ayat Alquran. Ada juga pajangan potongan Asmaul Husna dan ayat kursi dengan tulisan bahasa Mandarin.
Setelah memasuki waktu Iqamah, para jemaah pun langsung melaksanakan salat. Pada siang itu jemaah cukup banyak, tiga saf terisi, sekitar 30 orang. Meski masjid bernuansa Tionghoa, ritual ibadah yang dilakukan sama seperti masjid pada umumnya. Humas Masjid Lautze, Yusman Iriansyah bercerita awal berdirinya rumah ibadah ini tak lepas dari sosok Haji Karim Oei, seorang Tionghoa yang ikut membantu memperjuangkan bangsa Indonesia dari penjajah dan memiliki nasionalisme tinggi.
Karim juga merupakan tokoh pendiri Bank BCA dan pimpinan Muhammadiyah semasa hidupnya. Setelah Karim meninggal pada 1989, tiga tahun kemudian sahabat-sahabatnya berinisiatif membuat Yayasan Karim Oei. Tujuan pendirian yayasan saat itu, sebagai pusat informasi mengenal agama Islam bagi kalangan etnis Tionghoa.
"Waktu itu kalangan Tionghoa masih perlu wawasan tentang Islam, mereka bingung mau ngapain, akhirnya kami wadahi," kata Yusman.
Berdirinya Yayasan pun disambut baik oleh kalangan etnis Tionghoa. Lambat laun, Yayasan pun berkembang menjadi tempat ibadah umat Islam dengan menyewa sebuah ruko. Apalagi kala itu di kawasan Pecinan, Jakarta Pusat itu masih jarang ada masjid.