Kisah Pembunuhan Paling Kejam di Jepang, Bidik Korbannya Melalui Twitter
Menurut informasi, Takahiro pernah bekerja sebagai orang yang merekrut di industri seks. Ia menjebak wanita-wanita yang ditemuinya di jalan untuk menjadi pekerja seks. Dari sinilah ia diduga bisa menjerat korbannya di media sosial.
Setelah Takahiro menjerat korbannya, ia kemudian mengajak korbannya tersebut bertemu. Lalu membawa korban ke apartemennya. Takahiro juga melecehkan dan memperkosan beberapa korbannya tersebut.
Setelah Takahiro membunuh korbannya, kemudian mayat dari korbannya dimutilasi dan dipotong-potong menjadi 240 bagian. Ia menyebarkan anggota tubuh korbannya ke sekeliling apartemennya dan beberapa dibuang ke limbah.
Takahiro juga memasukkan potongan mayat korban ke freezer dan peti es kecil. Polisi menemukan 2 kepala wanita yang sudah terpenggal di dalam freezer. Ia hidup bersama potongan-potongan tubuh korbannya selama lebih dari 2 bulan. Para tetangga menyebutkan bahwa mereka mencium aroma busuk di sekitar apartemen Takahiro.
Akibat dari kasus ini pemerintah Jepang meningkatkan pengawasan terhadap media sosial terkait permasalahan bunuh diri. Mereka juga menghimbau agar orang-orang yang merasa memiliki tekanan dan depresi untuk segera mencari bantuan professional, dan jangan mudah percaya dengan orang-orang yang ditemui di media sosial.
Pada Desember 2020 lalu Takhiro menjalani sidang dan mengakui semua kesalahannya. Kemudian ia divonis hukuman mati.