Kisah Pembunuhan Paling Kejam di Jepang, Bidik Korbannya Melalui Twitter
RIAU24.COM - Takahiro Shiraishi adalah pembunuh yang berkenalan melalui Twitter. Ia berumur 27 tahun dan tinggal di Jepang, disebuah apartemen. Takahiro dikenal pendiam oleh para tetangganya.
Bahkan Takahiro tidak memiliki masa lalu yang buruk dimana biasanya kasus pembunuhan berantai seringkali dilakukan oleh orang yang memiliki masa lalu yang buruk.
Dilansir dari akun Twitter @gowjek, kasus pembunuhan yang dilakukan Takahiro ini terjadi pada tahun 2017. Dimana awalnya saat itu polisi sedang menyelidiki suatu kasus pembunuhan tunggal seorang wanita yang bernama Aiko Tamura asal Tokyo yang berusia 23 tahun.
Kemudian pada 30 Oktober 2017 polisi menemukan 9 mayat dengan tubuh yang telah di mutilasi, di sebuah apartemen yang berlokasi di zama, Jepang. Apartemen tersebut milik Takahiro. Ia telah membunuh 8 wanita dan 1 pria, umur dari korbannya tersebut berkisar antara 15-26 tahun.
Cara Takahiro menjebak korbannya adalah dengan menggunakan media sosial Twitter. Awalnya ia membuat akun Twitter dengan nama “hangingpro”. Pada bio Twitternya bertuliskan tentang pengetahuan dan keahliannya dalam bunuh diri. Ia juga mengatakan “saya ingin membantu orang yang sedang dalam kesakitan. Dm saya kapanpun,” tulis Takahiro Shiraishi pada bio Twitternya.
Kemudian Takahiro mencari wanita-wanita di twitter yang mempunyai tanda-tanda depresi dan berkeinginan untuk bunuh diri. Setelah mendapatkannya, Takahiro akan mengirimkan dm atau memberitahu korbannya untuk melakukan bunuh diri bersama dengan kalimat “ayo mati bersama!”.
Menurut informasi, Takahiro pernah bekerja sebagai orang yang merekrut di industri seks. Ia menjebak wanita-wanita yang ditemuinya di jalan untuk menjadi pekerja seks. Dari sinilah ia diduga bisa menjerat korbannya di media sosial.
Setelah Takahiro menjerat korbannya, ia kemudian mengajak korbannya tersebut bertemu. Lalu membawa korban ke apartemennya. Takahiro juga melecehkan dan memperkosan beberapa korbannya tersebut.
Setelah Takahiro membunuh korbannya, kemudian mayat dari korbannya dimutilasi dan dipotong-potong menjadi 240 bagian. Ia menyebarkan anggota tubuh korbannya ke sekeliling apartemennya dan beberapa dibuang ke limbah.
Takahiro juga memasukkan potongan mayat korban ke freezer dan peti es kecil. Polisi menemukan 2 kepala wanita yang sudah terpenggal di dalam freezer. Ia hidup bersama potongan-potongan tubuh korbannya selama lebih dari 2 bulan. Para tetangga menyebutkan bahwa mereka mencium aroma busuk di sekitar apartemen Takahiro.
Akibat dari kasus ini pemerintah Jepang meningkatkan pengawasan terhadap media sosial terkait permasalahan bunuh diri. Mereka juga menghimbau agar orang-orang yang merasa memiliki tekanan dan depresi untuk segera mencari bantuan professional, dan jangan mudah percaya dengan orang-orang yang ditemui di media sosial.
Pada Desember 2020 lalu Takhiro menjalani sidang dan mengakui semua kesalahannya. Kemudian ia divonis hukuman mati.