Mengenal Schwerer Gustav, Senjata Perang Terbesar Milik Nazi
RIAU24.COM - Pada awal Perang Dunia II, Nazi Jerman menghadapi tantangan berat untuk menjebol pertahanan Perancis. Sang lawan membangun benteng beton di Jalur Maginot, salah satu yang terkuat dan terpanjang pada masa perang.
Nazi Jerman yang menjadi kekuatan utama Blok Poros melakukan beragam upaya untuk memenangkan pertempuran. Inovasi dalam mengembangkan senjata-senjata hebat pun menjadi salah satu upaya Jerman untuk mengungguli musuh-musuhnya.
Salah satu dari senjata hebat nan mengerikan itu adalah meriam raksasa bernama Schwerer Gustav (Heavy Gustav). Senjata yang digunakan oleh Jerman sebagai artileri kelas berat inipun sempat menjadi momok mengerikan bagi musuh-musuhnya.
Awalnya, Adolf Hitler yang berambisi menginvasi Perancis tidak kehilangan akal. Pada 1941, dia memerintahkan produsen senjata dan ahli metalurgi Jerman, Gustav Krupp, untuk menciptakan senjata yang bisa meruntuhkan benteng Maginot.
Dilansir National Interest, Hitler menetapkan spesifikasi kelas berat untuk senjata penghancur benteng Maginot. Suara Senjata tersebut harus bisa menembus dinding beton setebal 7 meter atau 1 meter baja. Moncongnya berdiamater 80 cm dan larasnya sepanjang 30 meter.
Untuk mengangkut senjata itu, dibutuhkan kendaraan sepanjang 47 meter, tinggi 12 meter, dengan berat 1.350 ton, agar bisa menembakkan peluru seberat 10 ton. Saking besarnya, War History Online menyebutkan, 22 orang bisa berdiri sejajar di laras senjata itu.
Singkat cerita, sang senjata raksasa pun jadi dan dinamakan Schwerer Gustav, yang dalam bahasa Inggris berarti The Great Gustav.
Sebenarnya, selain Schwerer Gustav, ada juga meriam besar lainnya bernama Dora. Namun, senjata raksasa itu cuma dipakai sebentar di pertempuran Stalingrad. Jerman langsung menariknya saat Soviet mengancam akan menghancurkan Dora. Akhirnya Dora dirusak dan ditemukan di barat oleh pasukan Amerika Serikat.
Sementara itu, Schwerer Gustav menjalani debutnya pada musim semi 1942 dalam pertempuran Sevastopol di Krimea. Gustav menembakkan 50-an peluru di sana.
Sebelum Gustav beraksi, tentara Nazi harus berjibaku dulu untuk membawanya ke medan perang. Saking besarnya, meriam raksasa itu diangkut dengan kereta api secara terpisah oleh 2.000 tentara dalam 25 gerbong berbeda. Untuk merakitnya lagi, dibutuhkan 250 orang yang memakan waktu 3-4 hari.
Schwerer Gustav akhirnya tidak jadi dipakai untuk menjebol Jalur Maginot karena Jerman sudah berhasil menguasainya sebelum senjata datang.
Di Sevastopol, meski hanya menembakkan 50 peluru, Schwerer Gustav menimbulkan kerusakan yang luar biasa. Salah satu target penting yang dihantamnya kala itu adalah lumbung senjata bawah tanah yang dipakai memasok senjata oleh Soviet dari pelabuhan. Target itu berada 30 meter di bawah laut. Gustav dapat menjebol perisainya setelah tembakan kesembilan.