Analisis Koalisi Semut Merah: Munculnya PKB Merah Hingga Respon PKS
RIAU24.COM - Koalisi Semut Merah digaungkan oleh Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid pada Kamis 9 Juni lalu yang membenarkan bahwa partainya akan berkoalisi dengan PKS pada Pilpres 2024 mendatang.
Koalisi Semut Merah ini dianggap akan menjadi koalisi yang ‘masuk angin’ menurut pengamat politik.
Hal itu disampaikan oleh pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga yang menyebutkan dua alasan kedua partai tersebut tidak akan berhasil jika melakukan koalisi.
Pertama, Jamiluddin menjelaskan bahwa PKB dan PKS selama ini dinilai sering kali berseberangan dengan melihat ideologi perjuangan kedua partai juga tampaknya kurang sejalan.
Jamiluddin menilai walaupun ada sejarahnya kedua partai berkoalisi di era Presiden SBY, namun gagasan koalisi pada saat itu diprakarsai oleh Partai Demokrat bukan dari kedua partai itu.
"Dengan begitu, tampaknya sulit bagi kedua partai untuk menyatukan visi dan misi dalam mengusung presiden. Kedua partai akan terjebak pada ideologi perjuangan masing-masing," kata Jamiluddin, dikutip dari merdeka.com, Minggu (12/6).
Kemudian, Jamiluddin juga menyebut pendukung kedua partai ibarat air dan minyak yang tidak dapat bersatu. Hal ini disebabkan karena faktor kedua yaitu PKB dan PKS tidak memiliki tokoh sentral yang kuat untuk menyatukan kedua partai.
Karena itu, Jamiluddin menerka ada kemungkinan bila PKB dan PKS berkoalisi tidak akan mendapatkan dukungan dari pendukungnya.
Koalisi Semut Merah Munculkan PKB Merah
Pengamatan yang dilakukan oleh Jamiluddin menjadi kenyataan karena pada tanggal 15 Juni muncul sekelompok orang yang mengaku sebagai pendukung PKB namun tidak menyetujui usulan koalisi Semut Merah tersebut.
Kelompok itu menyebut dirinya sebagai kelompok PKB Merah Solo yang bermakna kelompok dari pendukung PKB asal Solo yang menolak partai tersebut berkoalisi dengan PKS.
Penolakan yang dilakukan oleh puluhan anggota PKB Merah terhadap Koalisi Semut Merah PKB-PKS disampaikan langsung secara terbuka.
Pernyataan sikap PKB Merah Solo meyebutkan ada tiga poin, di antaranya:
1. Menolak koalisi PKB-PKS karena bertentangan secara ideologis. PKB lahir dari NU tentu ideologi segaris dengan NU. Koalisi tersebut bertentangan dengan situasi kebatinan pemilih loyal atau kultural PKB.
3. PKB Merah berharap DPP PKB melakukan koalisi dengan parpol nasionalis seperti PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra.
Respon PKS Solo
Penolakan yang dilakukan oleh PKB Merah Solo direspon oleh Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Solo, Daryono. Daryono mempertanyakan ketidakcocokan yang dimaksud oleh PKB Merah Solo.
“Kalau dibilang tidak cocok secara ideologi, menurut kami ya malah sama antara PKS dan PKB. PKS Islam, PKB juga Islam. PKS ahlussunah wal jamaah, PKB ahlussunah wal jamaah. Jadi ketidakcocokan itu di mana?” ujar Daryono, dikutip dari Solopos.com, Kamis (16/6/2022).
Daryono menjelaskan bila ideologi PKS tidak cocok pasti tidak dibolehkan ada di Indonesia. Menurut Daryono, PKS sebagai parpol Islam memiliki unsur nasionalisme dan religiusnya.
“PKS itu partai Islam, begitu saja. Kami mengatakan sebagai partai Islam, partai Islam itu ada unsur nasionalisnya, unsur religiusnya, semua ada. Islam dengan nasionalis religius itu tidak bertentangan menurut kami,” katanya.
Lebih lanjut, Daryono mengatakan bahwa ia menerima pendapat dari PKB Merah Solo tentang ketidakcocokan kedua partai dan ia menyebutkan tidak merasa dirugikan atau tersinggung dengan hal tersebut.