Respon Tegas Cinta Laura Saat Widy Menangis Ceritakan Kronologi Pernah Jadi Korban Pelecehan Seksual
RIAU24.COM - Widy vokalis grup band Vierratale membuka cerita sedih setelah memendam selama bertahun-tahun tentang pelecehan seksual yang ia alami.
Dalam podcast Deddy Corbuzier bersama Cinta Laura, penyanyi cantik ini menangis mengingat memori buruk tentang dirinya mendapatkan pelecehan seksual di masa lalu.
Pengalaman pahit itu diungkap dirinya dan ia menceritakan kronologi pelecehan termasuk tindakan kriminal yang ia alami.
Kejadian itu terjadi ketika ia selesai bermain basket bersama kekasihnya. Namun, pada saat itu dirinya dan kekasih sedang tidak baik-baik saja dan Widy memilih untuk pulang sendirian ke rumah pada malam itu.
Dengan berjalan kaki, ia merasakan saat itu masih jam aman karena menurutnya masih banyak pedagang yang berjualan di pinggir jalan.
Namun tiba-tiba sebuah mobil berhenti dan ia melihat beberapa orang keluar dari mobil tersebut dan menariknya paksa masuk ke dalam mobil.
“Jadi ada orang yang pick up (menculik) gitu, gak tau gue siapa intinya, dan terus mereka juga lagi mabok kan. Daerahnya memang daerah orang party kan,” jelas Widy dalam percakapannya.
Mendengar hal tersebut, Cinta Laura yang berada disampingnya menuangkan segala amarah keanehan yang terjadi di Indonesia terhadap para korban pelecehan seksual.
"Kalau boleh jujur, ini yang membuat aku sangat-sangat sakit hati dan marah. Tadi waktu kita cut dan Widy ngobrol, disinilah aku melihat bukti nyata bahwa di negara kita korban pelecehan, kekerasan perempuan maupun laki-laki tapi mayoritas perempuan ya. Sangking takutnya untuk speak up, sangking takutnya mengatakan hal yang sebenarnya terjadi pada mereka, mereka yang jadi minta maaf," ungkap Cinta Laura.
Dalam responnya pun Cinta Laura mengatakan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Sebagai salah satu figur yang dinobatkan menjadi duta Anti kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Cinta Laura merasa masih banyaknya oknum yang merendahkan perempuan, menjatuhkan perempuan dan menghiraukan korban.
Amarahnya tersebut makin memuncak ketika mengetahui seorang korban harus merasa itu sebagai aib mereka padahal yang terjadi bukan hal yang diinginkan.
"Kok bisa ya masyarakat kita, mengajarkan mayoritas dari penduduk negara ini untuk merasa jika sesuatu yang tidak adil kepada mereka itu salah mereka," pungkasnya.*