Ekonom Sebut Kinerja Ekonomi Indonesia Sangat Menggembirakan Meskip Terancam Resesi Global
RIAU24.COM - Menteri Koordinator Perekonomian Erlanga Hartarto mengatakan Indonesia telah mengatasi ancaman krisis ekonomi di beberapa negara.
Pertumbuhan ekonomi yang mengesankan sebesar 5,72 persen pada kuartal ketiga (secara tahunan) tahun 2022 merupakan indikator yang memberikan kepercayaan kepada pemerintah.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 telah memberikan kinerja yang luar biasa dalam ekonomi global yang terhubung di bawah ini" ungkap Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teguh Dartanto, Selasa (8/11/2022).
Tak hanya itu, kita juga patut bersyukur bahwa ekonomi Indonesia masih tumbuh 5,72 persen (yoy), meskipun ada ancaman resesi global.
Pencapaian ini, lanjut Teguh, datang di saat Indonesia juga menghadapi tantangan serius dari dalam dan luar negeri.
"Kinerja ekonomi Indonesia sangat menggembirakan, meskipun terjadi resesi global, penurunan harga komoditas, risiko inflasi dan kenaikan suku bunga," katanya.
Sementara itu, Ekonom INDEF M. Rizal Taufikurrohman mengatakan Indonesia yakin dengan situasi ekonomi yang positif di tengah tsunami inflasi global.
Dengan tsunami inflasi global, hanya sedikit negara yang tidak terluka. Banyak pemimpin daerah kecewa.
Sementara itu, Indonesia harus yakin, melihat potensi dan realitasnya, sumber daya alam Indonesia pertama-tama merupakan anugerah yang harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.
INDEF memperkirakan pertumbuhan kuartal keempat tidak akan lebih tinggi atau di kisaran 5,3 persen.
Lebih lanjut dia mengingatkan, banyak hal yang harus dilakukan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Antara lain belanja modal dan barang manufaktur, sedikit penyesuaian suku bunga Bank Indonesia (BI).
Kebutuhan penguatan pasar domestik untuk berbagai produk yang berdaya saing di pasar internasional, serta bantuan sosial dan distribusi sosial. Bantuan akurat tepat sasaran.
Selain itu, menurut Rizal, Indonesia kemungkinan masih akan mengalami keuntungan windfall dari berbagai penjualan produk. Situasinya, semua pengelolaan sumber daya alam yang melimpah harus didorong ke industri hilir.
"Kenapa industri hilir? Karena hemat untuk menambah nilai," tambah Rizal.
Rizal mencontohkan nikel on demand, prosesnya harus didorong untuk dilakukan di dalam negeri. Oleh karena itu, produk jadi diekspor.
“Indonesia akan menggunakan rejeki nomplok untuk mencari sumber devisa lain selain sebagian besar barang impor, pangan, dan energinya,” kata Rizal.
Sekadar informasi, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) kuartal III 2022, Indonesia mendapat rejeki nomplok 6,38 persen dari batu bara, kelapa sawit, besi dan baja (Reid).