Gereja di Portugal Minta Maaf Usai Pendeta Lecehkan 5.000 Anak di Bawah Umur
RIAU24.COM - Laporan dari komisi independen pada Senin (13/2/2023) mengungkapkan bahwa Pendeta Katolik di Portugal telah melakukan pelecehan seksual hampir 5.000 anak sejak 1950. Pengumuman dilakukan komisi setelah mendengar ratusan laporan dari korban.
Diketahui, ribuan laporan pedofilia di dalam Gereja Katolik telah muncul di seluruh dunia. Paus Fransiskus berada di bawah tekanan untuk menangani skandal pelecehan tersebut.
Portugal menerbitkan hasil penyelidikannya setelah mendengar lebih dari 500 korban.
"Kesaksian ini memungkinkan kami membangun jaringan korban yang jauh lebih besar, setidaknya 4.815," kata psikiater anak Pedro Strecht dalam konferensi pers di Lisbon.
Pada Oktober, tim yang terdiri dari enam ahli mengatakan telah mencatat 424 akun dari korban yang diduga mendapat pelecehan seksual. Namun jumlah korban bisa jadi jauh lebih banyak.
"Akun tersebut mengungkapkan situasi serius yang berlangsung selama beberapa dekade dan kasusnya mencapai proporsi yang banyak," kata Strecht pada saat itu.
Batas waktu mengajukan dakwaan telah kedaluwarsa untuk sebagian besar dugaan pelanggaran. Sebanyak 25 kasus sudah berada di tangan polisi dan beberapa penyelidikan telah dimulai.
Salah satu kasus langka adalah menyangkut perempuan berusia 43 tahun yang meminta disebut ‘Alexandra’. Dia mengaku diperkosa oleh seorang pendeta selama pengakuan dosa saat ia menjadi biarawati pemula berusia 17 tahun.
"Sangat sulit untuk membicarakan hal-hal ini di Portugal, sebuah negara di mana 80 persen orang mengatakan mereka Katolik," kata Alexandra, yang sekarang menjadi seorang ibu. Ia bekerja di bidang IT.
"Saya merahasiakannya selama bertahun-tahun tetapi menjadi semakin sulit untuk mengatasinya sendirian," katanya dalam wawancara telepon.
Dia akhirnya melaporkan pelecehan seksual yang didapatnya ke otoritas Gereja namun laporannya itu diabaikan.
Uskup yang bertanggung jawab tidak melakukan apa pun selain menyampaikan keluhannya ke Vatikan, dan belum ada tanggapan.
Tiga tahun kemudian, Alexandra menemukan di komisi independen dan dukungan psikologis yang dibutuhkan.
Pada April tahun lalu, Manuel Clemente, Kardinal Patriark Lisbon dan wali tertinggi di Portugal, mengatakan dia siap untuk mengakui kesalahan masa lalu dan meminta pengampunan para korban.
"Uskup meminta maaf tidak berarti apa-apa bagi saya. Kami tidak tahu apakah mereka bersungguh-sungguh," ujar Alexandra.
Dia mengatakan muak dengan Gereja dan menutup-nutupi pelecehan seksual yang diterimanya.
Uskup Pembantu Lisboa, Americo Aguiar mengatakan Paus Fransiskus, yang akan mengunjungi Lisboa pada Agustus, mungkin bertemu dengan beberapa korban yang diduga mendapatkan pelecehan seksual.
Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pendeta yang terungkap di seluruh dunia mencapai ribuan. Pada 2019, Paus berjanji untuk membasmi pedofilia di dalam Gereja.
Dia berada di bawah tekanan untuk mengatasi skandal tersebut. Penyelidikan sedang berlangsung di beberapa negara, termasuk Australia, Prancis, Jerman, Irlandia, dan Belanda.
(***)