Perang Ukraina: Georgia Tidak Mampu Menjatuhkan Sanksi Terhadap Rusia
RIAU24.COM - Perdana Menteri Georgia Irakli Garibashvili mengatakan pada hari Rabu (24 Mei) bahwa pemerintahnya tidak dapat menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas perang Ukraina karena sanksi tersebut akan menghancurkan ekonomi Georgia.
Berbicara di Forum Ekonomi Qatar, Perdana Menteri Garibashvili mengatakan, "Kami tidak hanya akan merugikan Georgia, tetapi kami juga akan menghancurkan ekonomi kami dan membahayakan kepentingan negara kami dan rakyat kami jika kami akan menjatuhkan segala bentuk sanksi ekonomi terhadap Rusia," kantor berita AFP melaporkan.
Garibashvili memperkirakan perdagangan bilateral dengan Rusia bernilai sekitar $1 miliar per tahun.
Perdana Menteri Garibashvili telah menghadapi kritik internasional karena tidak menjatuhkan sanksi terhadap Rusia (atas invasinya ke Ukraina). Tapi dia membela keengganan negaranya untuk mengambil tindakan terhadap tetangganya.
Mengingatkan dunia tentang perang Rusia-Georgia tahun 2008, Garibashvili mengkritik masyarakat internasional karena tidak mengambil tindakan, termasuk sanksi.
"Di mana logikanya? Perang kami bukanlah perang dan perang Ukraina adalah perang. Yah, saya harus mengatakan bahwa kami cukup kecewa bahwa bisnis seperti biasa berlanjut dengan Rusia setelah perang 2008," katanya dalam Forum Ekonomi Qatar di hari Rabu.
"Hasil dari perang itu, perang yang menghancurkan, adalah 20 persen wilayah kami diambil alih oleh Rusia. Rusia membangun dua pangkalan militer di tanah bersejarah kami," tambah perdana menteri Georgia, lapor AFP.
Garibashvili juga mengatakan pada hari Rabu bahwa tidak ada yang tahu bagaimana perang yang sedang berlangsung di Ukraina akan berakhir.
Dia menunjukkan bahwa tidak ada cukup upaya dari masyarakat internasional untuk mengambil tindakan yang tepat untuk mendorong konsultasi, untuk mendorong pembicaraan damai.
Sabtu lalu (20 Mei), Georgia mengumumkan bahwa mereka melanjutkan penerbangan langsung ke Rusia, menuai kritik dari Ukraina dan Uni Eropa (UE).
Keputusan itu diambil setelah Moskow mencabut larangan terbang dalam hubungan yang menghangat secara signifikan dengan Georgia.
Mengambil ke Twitter, juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Oleg Nikolenko mengatakan, "Dunia mengisolasi Rusia untuk memaksanya menghentikan perang, tetapi Georgia menyambut maskapai penerbangan Rusia dan mengirimnya sendiri ke Moskow. Sementara 20% wilayah Georgia tetap diduduki oleh Rusia tanpa mendapat hukuman."
(***)