Empat Balita Luka dan Kritis usai Penikaman Massal yang Terjadi di Prancis
RIAU24.COM - Setidaknya empat bayi umur lima tahun (Balita) dan dua orang lansia mengalami luka-luka usai penikaman di La Paquier, Annecy Line, {egunungan Alpen Prancis, pada Kamis (8/6).
Jaksa Annecy Lina, Bonnet Mathis, mengatakan balita itu berusia antara 22 bulan hingga tiga tahun.
Dua anak yang terluak dan satu orang dewasa dilaporkan berada dalam kondisi kritis di rumah sakit. Korban lainnya menderita luka ringan.
Dalam video yang beredar di media sosial tersebut, terlihat penyerang melompati tembok taman kanak-kanak. Ia juga berulang kali menerjang anak di kereta bayi.
Di rekaman lainnya, pelaku tampak menebas korban. Lalu muncul seseorang yang mencoba menghentikan aksi tersebut dengan melempar tas ke punggung pelaku.
Serangan itu berakhir saat polisi menembak pelaku dan membekuk dia.
Sejauh ini pihak berwenang Prancis masih melakukan penyelidikan terkait insiden penikaman dan motif pelaku.
Jaksa yang memimpin investigasi mengatakan tak ada indikasi terorisme di insiden ini. Pelaku yang merupakan warga Suriah tengah diselidiki untuk dakwaan percobaan pembunuhan.
Menanggapi serangan ini, Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne buka suara. Ia mengatakan pelaku merupakan warga Suriah berusia 31 tahun, yang diberi suaka di Swedia pada 2013 lalu.
Lebih lanjut, Borne mengatakan pelaku memasuki Prancis secara legal dan membawa dokumen identitas Swedia dan surat izin mengemudi.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan Prancis telah menolak permintaan suaka yang diajukan pelaku pada awal Juni.
"[Dia] membawa lambang Kristen tertentu," kata Darmanin, seperti dikutip Reuters.
Berdasarkan dokumen yang dilihat Reuters, pelaku pernah didenda karena penipuan di Swedia pada 2022. Ia mengklaim sebagai pengangguran.
Ia berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga menjual perhiasan istri. Mantan istri pelaku mengatakan laki-laki tersebut memang seorang Kristen.
"Dia tak menghubungi saya selama empat bulan, [hubungan kami] berhenti karena kami tinggal di Swedia dan dia tak ingin lagi tinggal di Swedia,"ujar perempuan itu.
(***)