Bela Indonesia, Shayne Pattynama Tahan Air Mata Saat Lawan Argentina
RIAU24.COM - Pemain Timnas Indonesia Shayne Pattynama mengaku harus menahan agar tidak menangis saat kali pertama masuk ke Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) ketika debut bersama Tim Merah Putih melawan Argentina, 19 Juni lalu.
Pemain naturalisasi itu diturunkan sebagai starter. Ia bermain 45 menit dan digantikan Pratama Arhan di babak kedua.
Laga ini begitu spesial buat Pattynama, selain debut ia juga langsung berkesempatan bermain di laga akbar. Perjuangan panjangnya untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) berakhir bahagia.
Darah Indonesia yang mengalir dari ayahnya seketika muncul saat mengenakan seragam Timnas Indonesia dan menyanyikan lagu 'Indonesia Raya'. Sayang ayahnya tak menyaksikan momen tersebut karena telah dipanggil yang maha kuasa tujuh tahun lalu.
"Saya merasakan sangat emosional saat itu. Saya memerhatikan kondisi sekitar dan menyadari telah melalui jalan yang panjang. Saya tahu ayah sangat bangga padaku," kata Pattynama menceritakan momen menahan air mata saat debut di Timnas Indonesia, dikutip dari media Belanda Voetbalzone.
"Dia (ayahnya) sangat intens dengan saya dan anak-anaknya, tentu saja. Jika dia melihat momen ini, itu akan menjadi yang terbaik. Ini (Indonesia) adalah negaranya, dia mengajarkan saya budaya negara ini di masa pertumbuhan saya," ujarnya menambahkan.
Pemain klub Viking itu resmi menjadi WNI pada 24 Januari lalu saat diambil sumpahnya di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, Cawang, Jakarta. Untuk mencapai titik itu, ia melalui jalan terjal.
Ia mengenang sampai harus bolak-balik ke Indonesia untuk mengurus berbagai dokumen yang diperlukan. Banyak waktu, pikiran, dan tenaga yang dikorbankan dalam proses itu.
Dari penelusuran detikSport, wacana menaturalisasi Pattynama sudah muncul sejak Februari 2022. Saat itu PSSI mengungkapkan ciri-ciri pemain keturunan incaran yang mengarah ke Pattynama.
"Prosesnya sangat kompleks, April tiba-tiba sudah masuk ke Juni, Juni ke Oktober, lalu tak terasa sudah 1,5 tahun mengurusnya. Saya harus menyediakan semua dokumen, termasuk sertifikat kelahiran ayah," ucap Pattynama.
"Saya terbang ke Indonesia tiga kali untuk mendapatkan dokumen dari kedutaan. Kesabaran saya diuji. Tak banyak orang Belanda mengajukan paspor Indonesia, sehingga prosesnya menjadi lebih lama," tuturnya.