Fakta-fakta Wanita Kena Stroke di Usia 20, Dikira 'Cuma' Migrain dan Nyeri Leher
RIAU24.COM - Seorang wanita didiagnosis mengalami stroke di usia 20 tahun. Ia tidak menyadari keluhannya yang belakangan dialaminya itu adalah tanda-tanda penyakit stroke. Kondisi ini dialami wanita di Chesterfield, Inggris, bernama Esmae Hodgetts. Ia tidak menyangka di usianya yang masih muda dan memiliki tubuh yang sehat, bisa mengalami penyakit tersebut.
"Itu (stroke) bisa terjadi pada anak muda," kata Esmae yang dikutip dari Daily Mail, Selasa (1/8/2023).
"Aku hanya kurang beruntung," lanjutnya.
Awalnya, Esmae kerap merasakan sakit kepala yang berdenyut seperti migrain. Ia juga mengeluhkan sakit yang menyengat di bagian leher dan bahunya.
Sampai pada akhir 2022, tepat di malam tahun baru, Esmae kembali merasakan sakit kepala yang sangat intens. Kondisi itu sampai membuatnya sulit berjalan hingga pingsan.
"Itu sangat intens sehingga terasa seperti sakit yang menusuk di kepala saya dan menjalar ke leher saya," tutur Esmea.
Didiagnosis Alami Stroke
Hingga keesokan harinya, Esmae pergi ke unit gawat darurat untuk memeriksakan kondisinya. Ia tidak menyangka bahwa keluhan sakit kepala, nyeri leher, dan bahu yang mengganggunya selama beberapa hari adalah gejala stroke.
Dokter juga tidak menyadari pasiennya itu terkena stroke yang sudah hampir dua hari. Hal ini disebabkan kurangnya gejala yang terlihat jelas.
"Bahkan tim stroke terkejut ketika hasil MRI kembali mengungkapkan saya terkena stroke," ujarnya.
Sejauh ini, Esmae tidak mengalami efek samping panjang yang serius pasca stroke. Penglihatan, koordinasi tubuhnya, hingga ucapannya tidak menunjukkan adanya pengaruh dari kondisinya itu.
Penjelasan soal Kondisinya
Umumnya, sakit leher seperti yang dialami Esmae memang bukan tanda bahaya. Namun, perlu diketahui, di beberapa kasus seperti yang dialami Esmae, nyeri leher yang rasanya seperti migrain bisa menjadi tanda adanya robekan di salah satu arteri yang mensuplai otak.
Kondisi tersebut disebut sebagai diseksi arteri servikal. Ini yang umumnya menjadi pemicu kasus stroke pada orang berusia di bawah 50 tahun. Dalam kondisi ini, terjadi robekan pada lapisan arteri karotis atau vertebra dan menyebabkan darah bocor di antara lapisan dinding arteri.
"Konsekuensinya, bekuan itu mungkin benar-benar menghalangi aliran darah melalui arteri atau putus dan bersarang di arteri di otak," terang Harvard Medical School melalui laman resminya. "Jika salah satunya terjadi, akibatnya adalah stroke."
Diseksi arteri serviks biasanya disebabkan oleh cedera benturan tinggi, seperti tabrakan mobil. Namun pada kasus yang sangat jarang, kondisi ini juga bisa dipicu oleh bersin, batuk, dan muntah. Namun hingga kini, Esmae tak mengerti penyebab kondisinya.
Saat itu, dokter sempat tidak menyadari bahwa Esmae terkena stroke. Petugas medis pun bingung, lantaran kemampuan koordinasi dan bicara Esmae sama sekali tidak terganggu.
Kondisi Terkini
Setelah didiagnosis stroke, Esmae menjalani pengobatan dan diresepkan dengan obat pengencer darah. Namun, pasca lepas dari pengobatan, dia masih mengalami vertigo dan merasa takut jika stroke itu kembali terjadi.
Saat ini, Esmae berusaha untuk hidup lebih sehat lagi. Ia sudah tidak mengkonsumsi alkohol dan memperbaiki program diet yang selama ini dijalaninya.
"Saya tidak bisa melakukan apa yang biasa saya lakukan lagi, saya tidak bisa keluar dan minum dengan teman-teman saya lagi, saya tidak bisa makan yang tidak sehat, dan saya harus membuat beberapa perubahan," kata dia.
"Saya makan jauh lebih sehat, dan saya tidak minum sama sekali karena saya bahkan tidak ingin mengambil risiko merasa pusing dan itu membuat saya cemas karena sekarang, saya takut melakukan apapun, tidak ada alasan untuk itu. akan terjadi," pungkasnya. ***