Menteri ESDM Khawatir Cadangan Nikel Indonesia Habis 15 Tahun ke Depan Karena Hal Ini
RIAU24.COM -Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut cadangan nikel Indonesia bakal habis dalam 15 tahun ke depan.
Ia membagi sumber daya nikel Indonesia dalam bentuk cadangan dan potensi.
Menurutnya, cadangan nikel tanah air tersisa 5,3 miliar ton dan potensinya menyentuh 17 miliar ton.
"Jadi kalau 5 miliar ton ini kalau dengan kapasitas yang sama 15 tahun, tapi kalau bisa kembangkan potensi ini bisa panjang," jelas Arifin, dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (18/9).
Mengingat umurnya singkat, Arifin mewanti-wanti untuk tidak boros dalam memanfaatkan nikel.
Meski begitu, ia menyebut eksplorasi bakal tetap dilakukan.
"Nah ke depan kan industri baja ini bisa ada industri recycle, bisa top up jadi makin panjang lah (umur cadangan nikel). Cuma kita jangan boros," tandasnya.
Ucapan serupa pernah dilontarkan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM Agus Tjahajana Wirakusumah.
Ia mengatakan eksplorasi kudu segera digenjot untuk mendapatkan cadangan nikel baru.
Ia juga menilai moratorium pembangunan smelter nikel baru perlu segera dilakukan.
Secara khusus, Agus menyoroti smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi).
"Imbauan Pak Menteri (Arifin Tasrif) memang (moratorium) lebih baik daripada kesulitan nanti, itu tadi sudah disampaikan bahwa cadangan diperkirakan antara 10-15 tahun hitungan dari Minerba mungkin 13 tahun lah pertengahan. Kira-kira seperti itu, itu yang harus kita lihat," kata Agus beberapa waktu lalu.
Namun, klaim ESDM soal 'kiamat' nikel Indonesia dibantah Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.
Menurut Bahlil, belum ada kajian teknis soal sisa umur cadangan nikel tanah air.
Bahlil tak sepakat jika cadangan nikel Indonesia diklaim hanya sisa 15 tahun lagi.
Ia menduga ungkapan tersebut hanya persepsi.
"Jadi saya tidak yakin 15 tahun. Masih banyak. Di Papua itu masih banyak nikel, jadi saya pikir bahwa apa yang dikhawatirkan 15 tahun itu tidak benar," ucapnya di sela-sela acara Investortrust Future Forum, Selasa (29/8).
(***)