RIAU24.COM -Kelompok pembela Palestina mendapatkan aingin segar usai bertemu dengan pemimpin Hizbullah.
pertemuan tersebut membahas starategi yang akan dilakukan untuk memenangkan pertempuran melawan zionis Israel.
Pertemuan antara Kepala Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, Wakil Ketua Hamas Saleh al-Arouri, dan Ketua Jihad Islam Ziad al-Nakhala disiarkan lewat keterangan tertulis dari Hizbullah pada Rabu 25 Oktober 2023, tanpa menyebutkan kapan pertemuan itu dilakukan.
Sebagai bagian dari aliansi regional yang didukung Iran, Hizbullah yang bersenjata lengkap telah terlibat dalam baku tembak setiap hari dengan pasukan Israel. Pertempuran terjadi di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon sejak kelompok Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober.
"Sebuah penilaian dilakukan terhadap posisi internasional yang diambil dan apa yang harus dilakukan oleh pihak-pihak dalam Poros Perlawanan untuk mewujudkan kemenangan nyata bagi perlawanan di Gaza dan Palestina serta menghentikan agresi brutal," kata Hizbullah.
Ia mengatakan akan ada kesepakatan untuk melanjutkan koordinasi ini lebih lanjut. Saat ini, Israel terus menargetkan para pejabat, pemimpin, dan pejuang dari kelompok ini secara massif.
Dalam serangan Israel terbaru ke kelompok ini, Hizbullah mengumumkan pada Rabu bahwa dua pejuangnya telah syahid.
Situasi ini terus meningkatkan jumlah korban tewas di jajaran para pejuang militan Palestina menjadi 40 orang pejuang sejak dimulainya konflik ini.
Hizbullah dinilai memiliki kekuatan militer yang kuat di kawasan. Tidak kurang, pengakuan tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant yang menyebut Hizbullah 10 kali lebih kuat dari Hamas.
“Hizbullah 10 kali lebih kuat dari Hamas,” ujar Gallant dalam pertemuan tertutup dengan pejabat senior pemerintah Israel, dilaporkan lembaga penyiaran publik Israel, KAN, Kamis (19/10/2023).
Lembaga riset pertahanan asal Israel, Institute for National Security Studies (INSS), mengungkapkan, kelompok Hizbullah Lebanon memiliki sekitar 200 ribu roket dan 100 ribu anggota yang siap bertempur. Hal itu diungkap ketika militer Israel dan Hizbullah terlibat konfrontasi di wilayah perbatasan Israel-Lebanon.
“Persenjataan mereka yang luas mencakup sekitar 150 hingga 200 ribu roket, bom mortir, dan rudal, yang ratusan rudalnya memiliki presisi tinggi dan daya rusak yang sangat tinggi,” kata INSS dalam laporannya, dikutip laman Al Arabiya, Senin (23/10/2023).
Baca Juga: Jembatan Runtuh Di Brasil, Asam Sulfat Tumpah Ke Sungai Picu Krisis Ekologis
Gencatan senjata
Kekuatan politik tertentu di Barat telah terbukti tidak mampu menghasilkan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang menyerukan gencatan senjata dan penyelesaian konflik Israel-Palestina, bahkan setelah muncul laporan bahwa ribuan anak-anak Gaza gugur dibantai Israel di Jalur Gaza, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.
"Ini adalah hal yang paling jelas dan sederhana yang harus dilakukan dalam situasi ini, Barat menolak hanya untuk menghasilkan pernyataan, resolusi, dokumen dengan seruan terpadu untuk gencatan senjata," kata Maria Zakharova, Selasa (25/10/2023).
Ia mengomentari data Unicef yang mengonfirmasi bahwa sudah lebih dari 2.300 anak-anak telah gugur di Jalur Gaza sejak konflik meningkat.
Zakharova mengatakan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk menyetujui resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB terkait masalah ini.
"Dan bahkan angka-angka ini tidak dapat memaksa kekuatan politik tertentu di Barat untuk sadar dan menyadari apa yang sedang terjadi," kata diplomat itu.
Menurut Unicef, lebih dari 2.300 anak telah meninggal dan lebih dari 5.300 lainnya mengalami luka-luka di Jalur Gaza selama 18 hari sejak konflik itu berkobar.
Di mana akar masalahnya telah lama membara dan dibiarkan meningkat menjadi serangan kekerasan yang baru.
Menurut sebuah pernyataan dari organisasi tersebut, lebih dari 400 anak terbunuh atau terluka setiap hari dalam serangan penembakan yang tak henti-hentinya di daerah kantong tersebut.
(***)