Kebun Masyarakat di Muntai Barat Kecamatan Bantan Hanyut Dihantam Ombak Air Laut Selat Melaka, Penanganan Diharapkan Ekstra Full
RIAU24.COM -BENGKALIS - Ganasnya ombak laut Selat Malaka teus mengakibatkan abrasi garis pantai di pulau Bengkalis terutama di wilayah desa Muntai Barat kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis.
Berdasarkan apa yang dilaporkan oleh masyarakat bahwa terjadinya abrasi tanah berpostur gambut tersebut di pantai Desa Muntai, sedangkan tanah tanah itu berisikan perkebunan kelapa milik masyarakat.
Abrasi pantai saat ini terjadi secara terus menerus disebabkan dari dorongan gelombang pasang dan curah hujan sehingga terjadi pengikisan, diperkirakan abrasi tanah pantai di desa Muntai Barat terjadi hingga 5-6 hektar per tahun.
Salah seorang warga bernama Amat menerangkan bahwa, abrasi tanah pantai yang terkikis akibat gelombang tinggi di desa Muntai Barat, kecamatan Bantan tersebut diakibatkan terjangan ombak selat melaka.
"Tanah yang terkikis terjadi mencapai 5-6 hektar per tahun. Warga desa Muntai Barat pada hari minggu kemarin pergi ke kebun kelapanya dan melihat sebagian tanah dan tanaman kelapa sudah tergerus ombak dan hanyut ke laut,"ujar Amat, Senin 11 Februari 2024.
Rekaman video memperlihatkan kondisi amblasnya lahan perkebunan di Desa Muntai Barat, kecamatan Bantan, kabupaten Bengkalis tersebut sangat memperparah kondisi abrasi.
Perekam video juga memperlihatkan kondisi jalan yang juga turut mengalami keretakan akibat abrasi menyebabkan pergerakan tanah.
Sementara, Ketua Yayasan Solidaritas Pemuda Melayu Peduli Lingkungan Republik Indonesia (Y-SPMPL-RI) Solihin saat dikonfirmasi mengatakan jika tidak dilakukan penanganan secara luar biasa oleh negara untuk membentengi pulau Bengkalis dengan pemecah batu ombak maka pulau Bengkalis sendiri akan semakin mengecil.
"Yakinlah wilayah kedaulatan kita Indonesia akan terus berkurang karena Zono Ekonom Eksklusif (ZEE) kita terus bergeser akibat alam, sehingga selogan yang sering kita gaung - gaungkan Indonesia slogan harga mati hanya tinggal nama,"ungkap Solihin.
"Penanganan pembendungan pulau Bengkalis dengan batu pemecah ombak tidak bisa dilakukan hanya hitungan ratusan meter tetaapi harus dilakukan secara exstra dan full jika perlu keliling pulau Bengkalis," terangnya.
Menurutnya, pengikisan daratan 12 hingga 20 meter per tahun. Puncaknya, mulai bulan November sampai menjelang tahun baru atau ketika musim angin utara ditambah lagi pada musim penghujan.
"Kondisi serupa terus mengancam desa - desa Pulau Bengkalis sebelah utara dan barat. Seperti hal nya wilayah Desa Muntai Barat, Bantan Timur, bibir pantai hanya beberapa meter lagi di rumah layak huni yang ditempati para nelayan Suku Akit. Apalagi kala pasang tinggi, rumah mereka terendam dan sampan bisa naik ke pekarangan rumah,”pungkasnya.