Chatbot AI Mungkinkan Pengguna untuk Berbicara dengan Hitler, Picu Ketakutan Radikalisasi
RIAU24.COM - Ketika para pemimpin dunia diminta oleh para ahli untuk memperkenalkan undang-undang yang mengatur pertumbuhan kecerdasan buatan (AI) yang merajalela dan memperingatkan dampaknya yang mengkhawatirkan terhadap masyarakat, masih ada ketakutan yang berasal dari chatbots berbasis AI, yaitu radikalisasi.
Pada tahun 2022, peluncuran ChatGPT menandai momen penting dalam pengembangan AI, namun beberapa tanggapannya terhadap pengguna menimbulkan ketakutan terutama dalam konteks ekstremisme sayap kanan dan sekarang hal tersebut mungkin menjadi kenyataan.
Gab, sebuah platform jejaring sosial Amerika, dikenal dengan basis pengguna sayap kanan dan dilaporkan sering digambarkan sebagai surga bagi neo-Nazi dan rasis.
Andrew Torba, CEO Gab, pertama kali mengumumkan agenda AI perusahaannya pada bulan Januari tahun lalu dalam sebuah postingan yang menyatakan bahwa Umat Kristen Harus Mengikuti Perlombaan Senjata AI, menurut laporan Rolling Stones.
Dia juga dilaporkan menyerukan pandangan dunia liberal/globalis/talmud/setan dari alat AI arus utama dan berjanji untuk membangun sistem yang menjunjung kebenaran sejarah dan alkitabiah.
Ini termasuk pembuatan chatbot dengan karakter termasuk pemimpin Nazi Adolf Hitler dan Osama bin Laden.