Hari Down Syndrome Sedunia 21 Maret, Begini Sejarahnya
RIAU24.COM - Hari Down Syndrome Sedunia atau World Down Syndrome Day (WDSD) diperingati pada 21 Maret setiap tahun. Peringatan ini merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, mendorong advokasi dan inklusivitas, serta mendukung kesejahteraan orang-orang yang mengidap Down Syndrome.
Dikutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Down Syndrome adalah suatu kondisi ketika seseorang memiliki kelebihan kromosom. Kromosom adalah sebuah molekul DNA yang menentukan sifat-sifat manusia, karakteristik fisik, dan bahkan penyakit.
Normalnya, tubuh manusia memiliki 23 pasang kromosom yang terdiri dari XX dan XY. Namun pada beberapa orang, ada kromosom yang memiliki pasangan ekstra. Kromosom ketiga pada salah satu pasangan kromosom ini disebut sebagai trisomi.
Pada sekitar 95 persen kasus, anak-anak dengan Down Syndrome memiliki trisomi pada pasangan kromosom nomor 21. Karena itu, Down Syndrome juga dikenal dengan nama kelainan Trisomi-21.
Sejarah Hari Down Syndrome Sedunia
Sejarah Hari Down Syndrome Sedunia berawal sejak 2006. Saat itu, Down Syndrome Association Singapore meluncurkan situs Down Syndrome Internasional (DSi) agar kampanye global Hari Down Syndrome Sedunia dapat tercatat.
Kemudian, Federasi Asosiasi Down Syndrome Brasil bekerja sama dengan DSi dan meluncurkan kampanye ekstensif untuk menggalang dukungan internasional. DSi juga meluncurkan petisi internasional untuk diadopsinya Hari Down Syndrome Sedunia oleh PBB. Petisi tersebut mendapat lebih dari 12.000 tanda tangan dalam jangka waktu dua minggu.
Akhirnya, pada 19 Desember 2011 Majelis Umum PBB menetapkan 21 Maret sebagai Hari Down Syndrome Sedunia. Tanggal 21 Maret dipilih untuk melambangkan Trisomi-21 yang dimiliki sebagian besar penyandang Down Syndrome.
Tema Hari Down Syndrome Sedunia 2024
Dikutip dari laman World Down Syndrome Day, tahun ini Hari Down Syndrome Sedunia mengusung tema 'End The Stereotypes'. Lewat tema ini, Hari Down Syndrome Sedunia ingin mengajak orang-orang di seluruh dunia mengakhiri beragam stereotip yang mengelilingi pengidap Down Syndrome.
Stereotip adalah sekumpulan gagasan terhadap sesuatu atau seseorang. Stereotip dapat bersifat positif, negatif, ataupun netral. Tapi seringkali, stereotip tidak akurat atau salah. Sebab, stereotip kerap didasarkan pada informasi atau pengalaman pribadi yang terbatas. Gagasan itu juga dapat diperkuat dengan representasi melalui media atau pesan-pesan budaya. Sekalinya terbentuk, stereotip sangat susah untuk diubah.
Memiliki Down Syndrome atau disabilitas intelektual hanyalah salah satu bagian dari diri seseorang. Setiap orang dengan Down Syndrome berbeda-beda. Mereka memiliki identitas, minat, bakat, kesukaan dan ketidaksukaan, sama seperti orang lain pada umumnya.
Karena itu, orang-orang dengan Down Syndrome juga berhak untuk mendapat perlakuan yang adil dan sama seperti orang pada umumnya. ***