Masyarakat Minta Uang Kuliah di Turunkan dan Gratis, Ini Jawaban Menohok Sri Mulyani
RIAU24.COM -Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim banyak mendapat ungkapan dari orang-orang yang meminta agar pendidikan di Indonesia sampai perguruan tinggi gratis.
Sebelumnya, presiden Terpilih Prabowo Subianto juiga menyuarakan agar uang sekolah hingga PTN seharusnya di gratiskan.
"Komitmen saya, saya akan berjuang sekuat tenaga untuk semua universitas negeri dan sekolah negeri tidak boleh dipungut bayaran siswa-siswanya," kata Prabowo dalam siaran langsung 3 Bacapres Bicara Gagasan pada Mata Najwa on Stage di Yogyakarta, bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (19/9/2023) lalu.
Tidak banyak yang tahu bahwa di balik kebijakan itu ada pajak yang diterapkan sangat tinggi.
Sri Mulyani mengatakan pajak yang diterapkan di negara itu bisa sampai 70%.
Oleh karena itu, menurutnya tidak ada yang benar-benar gratis di dunia ini karena pasti ada saja yang perlu dibayar lebih mahal.
"Saya jadi Menteri Keuangan tuh sering juga orang-orang menyeletuk 'mbok ya kayak Nordic Country itu lho, segala macam bebas sampai perguruan tinggi, dari lahir sampai perguruan tinggi dia nggak perlu bayar apa-apa. Memang anak itu nggak bayar, yang bayar itu orang tuanya, tax-nya bisa 65-70% dari income mereka," kata Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Jesuit Indonesia di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Kamis (30/5/2024).
"Aku pernah punya teman di Bank Dunia, dia dari Finlandia. Saya tanya, how much tax you pay? Oh, around 70%. Jadi kalau kamu dapat US$ 100 ribu, kamu cuma dapat US$ 30 ribu? Iya," tambahnya.
Jika ingin jaring pengaman sosial berupa pendidikan gratis sampai perguruan tinggi, kata Sri Mulyani, perlu membayar pajak yang lebih besar.
"Orang anggap itu semuanya gratis, nggak ada yang bayar. Di dunia nggak ada yang gratis, pasti ada yang bayar. Dalam hal ini, if you want to create social safety net seperti di Nordic Country, then you have prepare for a very big high income tax," ucapnya.
Menurut Sri Mulyani, kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu risiko terbesar bagi Indonesia.
Jika kualitas SDM tidak ditingkatkan, justru akan menjadi beban negara.
"Kalau kita lihat risiko bagi Indonesia yang paling besar tetap pada kualitas SDM-nya. SDM itu potensi karena Indonesia demografinya muda, tapi dia bisa menjadi risiko liability pada saat SDM-nya tidak ditingkatkan. Makanya kita selalu debat, bagus bicara tentang kesehatan, pendidikan, jaminan sosial. Pada saat demografi kita masih muda, debat itu menurut saya baik dan sehat," imbuhnya.
(***)