Pakar Wanti-wanti Ancaman Pandemi Baru akibat Kebal Antibiotik
"Data AMR di Indonesia secara khusus didapatkan dari data yang dilaporkan oleh rumah sakit sentinel yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, di mana hasil pengukuran Extended-spectrum Beta-Lactamase (ESBL) tahun 2022 pada 20 rumah sakit sentinel site sebesar 68%," ungkap dr Azhar.
"Kemudian, di tahun 2023 pada 24 rumah sakit sentinel site sebesar 70,75% dari target ESBL tahun 2024 sebesar 52%. Angka ini menunjukan, adanya peningkatan resistensi antimikroba pada bakteri jenis Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae," lanjutnya.
Prof Wiku mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa angka AMR di Indonesia angkanya masih cukup tinggi. Pertama adalah penggunaan atau konsumsi antibiotik yang tidak tepat.
"Satu penggunaan tidak benar. Misalnya kan harus digunakan pada periode tertentu untuk bisa membunuhnya (bakteri). Kalau periodenya lama, kan meracuni atau digunakannya terlalu pendek, sama juga," kata Prof Wiku.
Menurut Prof Wiku, biasanya dokter akan memberikan periode konsumsi obat antara tiga sampai lima hari, bahkan bisa sampai tujuh hari.
"Karena cure-nya itu tiga sampai lima hari. Kalau bakterinya kuat, dokternya mungkin akan ngasih lima hari, ini juga kalau orangnya kuat. Kalau orangnya nggak kuat jadi nggak efektif," katanya.