Amerika Serikat Bombardir Yaman, Serang Bandara Hingga Pelabuhan
RIAU24.COM -Amerika Serikat (AS) meluncurkan rentetan rudal ke lebih dari selusin target sasaran di Yaman pada hari Jumat - menghancurkan sistem senjata, pangkalan, dan peralatan lainnya milik kelompok militan yang didukung Iran.
Sebelumnya Al Jazeera menyebut bahwa AS dan Inggris telah terjadi serangan udara yang menargetkan bandara Hodeidah, Sanaa dan Kota Dhamar berdasarkan laporan Al Masirah TV.
Pejabat AS mengkonfirmasi serangan ini, sementara Kementerian Pertahanan Inggris dengan tegas membantah terlibat dalam serangan udara terbaru di Yaman.
Pusat Komando (CENTCOM) Amerika Serikat mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka menyerang sasaran-sasaran Houthi di Yaman, termasuk "kemampuan militer ofensif Houthi," dalam upaya untuk mengamankan jalur perairan internasional.
Milisi Houthi di Yaman telah menyerang kapal-kapal di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas sejak tahun lalu, sehingga mengganggu pelayaran komersial.
Komando Pusat mengatakan di media sosial bahwa mereka menyerang 15 sasaran di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi.
"Tindakan ini diambil untuk melindungi kebebasan navigasi dan membuat perairan internasional lebih aman bagi kapal-kapal AS, koalisi, dan kapal dagang," kata postingan tersebut.
Al-Masirah TV melaporkan empat serangan di Sanaa, ibu kota Yaman, tujuh di kota pelabuhan Hodeidah dan setidaknya satu serangan di Dhamar, di selatan ibu kota.
Serangan terhadap Sanaa terjadi ketika Houthi dan para pendukungnya mengadakan protes mingguan "satu juta orang", yang minggu ini fokus pada pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah oleh Israel dalam serangan udara di dekat Beirut, Lebanon, Jumat lalu.
Kantor Berita Yaman yang dikelola Houthi, SABA, melaporkan bahwa Hashem Sharaf al-Din, seorang pejabat Houthi, mengatakan bahwa dia menganggap serangan itu sebagai "upaya putus asa" untuk mengintimidasi rakyat Yaman dan dia bersumpah tidak akan tergoyahkan oleh mereka.
Namun serangan Houthi terhadap kapal komersial semakin memicu kemarahan aktor internasional dan kecaman dari para diplomat.
Laut Merah adalah jalur perdagangan utama antara Asia, Eropa dan Timur Tengah. Sejak serangan dimulai, banyak kapal terpaksa mengubah rutenya. Mereka yang tidak melakukan hal tersebut terkadang harus menanggung konsekuensi yang parah.
(***)