Studi : Jakarta Memiliki Kualitas Udara Paling Tercemar di Asia Tenggara
RIAU24.COM - Jakarta menempati urutan pertama sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di Asia Tenggara tahun lalu, sebuah studi baru-baru ini menunjukkan.
Penelitian oleh Greenpeace dan AirVisual IQ yang diterbitkan pada 5 Maret, memantau kualitas udara di ratusan kota di seluruh dunia. Jakarta berada di peringkat pertama, diikuti oleh Hanoi, untuk kualitas udara terburuk, kata kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak.
Di seluruh dunia, Leonard menambahkan, Jakarta berada di peringkat 161 untuk kota-kota dengan kualitas udara terburuk. New Delhi berada di tempat pertama.
“Kendaraan roda empat dan dua melebihi kapasitas Jakarta. Hampir tidak ada kendali atas mereka. Lebih mudah bagi orang untuk menggunakan kendaraan pribadi di Jakarta, "katanya seperti dikutip oleh kompas.com, Kamis.
Faktor lain, menurut Greenpeace, adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang berlokasi di sekitar Jakarta. PLTU berkontribusi 33 hingga 36 persen terhadap polusi udara di Jakarta.
“Ada PLTU di sekitar Jakarta yang terletak dalam radius 100 meter satu sama lain. Ini juga berkontribusi serius pada tingkat polusi udara di Jakarta, "kata Leonard.
Dia menjelaskan bahwa rata-rata kualitas udara harian di Jakarta, sesuai dengan indikator PM 2.5, tahun lalu adalah 45,3 mikrogram partikel polutan per meter kubik.
"Kualitas udara rata-rata harian di Jakarta adalah 4,5 kali lebih buruk daripada batas yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia [WHO]. Angka itu juga meningkat dibandingkan dengan 2017, ketika kualitas udara rata-rata harian di Jakarta adalah 29,7," kata Leonard.
WHO telah menetapkan pedoman kualitas udara rata-rata 25 mikrogram per meter kubik setiap hari.
R24/DEV