Melihat Geliat Petani Kakao Masa Peremajaan Sawit di Tapung, Meneguk 'Manisnya' Coklat di Masa Rehat
RIAU24.COM - Tuhan tidak menjanjikan langit itu selalu biru. Akan tetapi, Dia selalu memberi pelangi di setiap badai, berkah di setiap cobaan, dan jawaban dari setiap doa. Kata bijak inilah yang diyakini oleh Iwan Kartiwan (66 tahun), petani kakao warga Desa Pelambaian Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Menanam kakao, sebagai bahan pembuat coklat adalah pekerjaan baru bagi Iwan. Dia hanya salah seorang dari 30 orang anggota Kelompok Tani Prima Jaya Tapung. Sawit yang dulu pernah membuatnya berjaya dalam soal ekonomi, kini tidak bisa lagi diharapkan karena habis sudah masa produksi hingga harus diremajakan (replanting).
Secara usia, Iwan tidak lagi muda. Akan tetapi, semangatnya tidak kalah dengan anak muda kebanyakkan. Ulet dan cekatan. Lihatlah, jemarinya lincah “menari” membersihkan setiap pokok kakao seluas seperempat hektare di pekarang belakang rumahnya.
Terasa asing memang. Sebab, puluhan tahun lamanya, Iwan hanya kenal dengan aktivitas memanen tandan buah segar (TBS) sawit miliknya seluas 2 hektare. “Lumayan, saya bisa menyekolahkan dan menghidupi 4 orang anak saya,” tutur Iwan membuka cerita.
“Akan tetapi,” jelas Iwan. “Sawit yang saya tanam tahun 1994 lalu itu sudah habis masa produksinya. Sudah tua dan tidak menghasilkan lagi. “Ini harus di-replanting. Jadi saya harus berfikir mencari tanaman alternatif sebagai pengganti selama masa replanting,” jelas pria kelahiran Majalengka, Jawa Barat yang dulunya hanya seorang pedagang keliling.
Iwan bersyukur dengan adanya program pembibitan dan penanaman kakao yang dicetus oleh Kelompok Tani Prima Jaya Tapung bekerja sama dengan PT Chevron. Sehingga ia bisa bernafas lega sampai tanaman sawit bisa menghasilkan kembali untuk lima tahun ke depan.