Turki Nekat Beli S400 Rusia, AS hentikan pengiriman dan Program Kerja Sama F-35
RIAU24.COM - Amerika Serikat (AS) resmi menghentikan semua pengiriman dan kerja sama dengan pemerintah Turki dalam program jet tempur F-35. Penghentian ini dilakukan lantaran Angkara tetap bersikeras membeli S400 dari Rusia.
AS mengatakan keputusan Turki untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia tidak sesuai dengan bagian yang tersisa dari program perang AS yang bersifat simbolik. Maka dari itu AS sudah berbulan-bulan memperingatkan Turki.
"Sampai mereka menghentikan pengiriman S-400, Amerika Serikat telah menangguhkan pengiriman dan kegiatan yang terkait dengan peningkatan kemampuan operasional F-35 Turki,"ujar kepala juru bicara Pentagon Charles E. Summers Jr.
"Jika Turki membeli S-400, partisipasi mereka yang berkelanjutan dalam program F-35 berisiko,"tambahnya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Sindonews mengutip dari Channel News Asia, Selasa 2 April 2019.
Para pejabat AS telah menyuarakan keprihatinannya, dengan Turki berada di kedua kubu, Rusia dapat memperoleh data F-35 untuk meningkatkan akurasi S-400 terhadap pesawat Barat.
"Kami sangat menyesalkan situasi terhadap kemitraan F-35 kami dengan Turki saat ini, tetapi (Departemen Pertahanan) mengambil langkah-langkah bijaksana untuk melindungi investasi bersama yang dilakukan dalam teknologi kritis kami," terang Summers.
Turki telah merencanakan untuk membeli 100 jet tempur F-35A, dengan para pilotnya pun sudah berlatih di AS. Pabrikan pesawat itu, Lockheed Martin, mengatakan bahwa kontrak dengan perusahaan Turki untuk membangun suku cadang F-35 diperkirakan akan mencapai USD12 miliar.
Menurut Lockheed Martin, di antara delapan perusahaan Turki yang terlibat dalam pembelian, Ayesas telah membangun tampilan kokpit panoramik untuk F-35 dan Fokker Elmo menghasilkan 40 persen dari kabel listrik dan sistem interkoneksi.
Pembelian sistem pertahanan Rusia sangat tidak biasa bagi anggota NATO, aliansi Barat yang dibentuk AS untuk melawan Uni Soviet.
Pengumuman ini dilakukan dua hari sebelum para menteri luar negeri dari 29 anggota NATO dijadwalkan merayakan peringatan ke-70 aliansi itu di Washington. Pengumuman ini juga beberapa jam setelah partai AKP Presiden Recep Tayyip Erdogan mengalami kekalahan mengejutkan dalam pemilihan umum di kota-kota termasuk Istanbul.
Hubungan Turki dengan AS mengalami kemunduran tahun lalu ketika Presiden Donald Trump memberlakukan kebijakan tarif, memukul lira Turki, atas pemenjaraan seorang pendeta Amerika yang ditahan sebagai bagian dari pertemuan massal menyusul upaya kudeta terhadap Erdogan.
Pendeta Andrew Brunson akhirnya dibebaskan dan Trump tampak semakin menyukai Erdogan, berbicara kepadanya sebelum keputusannya yang tiba-tiba untuk menarik pasukan AS dari Suriah.
Tetapi ketegangan dengan cepat muncul kembali. AS takut Erdogan akan menyerang pejuang Kurdi yang menjadi sekutunya di Suriah dan pengadilan Turki yang mengadili staf konsulat AS, Metin Topuz, dengan tuduhan mata-mata.
Topuz, seorang warga negara Turki, dituduh memiliki hubungan dengan Fethullah Gulen, seorang ulama Turki yang tinggal di pengasingan di AS. Erdogan telah berulang kali menuntut agar Washington mengekstradisi Gulen, yang dituduh oleh pemimpin Turki itu sebagai penyebab kudeta.