Dua Hal ini Bisa Membuat Kaum Hawa Terhindar Dari Neraka
RIAU24.COM - Sebagaimana yang banyak kita dengar cerita, mayoritas penghuni neraka adalah perempuan. Apakah benar demikian? Atau hal itu untuk sekedar pengingat agar para wanita tidak meniru apa-apa yang menyebabkannya terjerumus dalam api nereka.
Dilansir dari Bincangsyariah.com, dalam sebuah hadis disebutkan sebagai berikut:
قَالَ: يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أّهْلِ النَّارِ فَقُلنَ: وَبِمَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: تُكْثِرْنَ اللِّعَنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ
“Rasulullah saw bersabda: ‘Wahai para perempuan sekalian bersedekahlah! Karena sesungguhnya aku diperlihatkan bahwa mayoritas penghuni neraka adalah kalian (kaum perempuan).’ Kemudian para perempuan itu bertanya: ‘Mengapa ya Rasulullah?’ Rasul pun menjawab: Kalian sering melaknat dan berbuat kufur kepada suami.”
zxc1
Dari hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW ingin menunjukkan dua cara agar perempuan tidak masuk ke dalam nereka.
Pertama adalah menjaga lisan agar tidak mudah melaknat. Lisan merupakan anugerah indah yang perlu dijaga. Ketika perempuan bisa menjaga lisannya, maka selamatlah ia dari keburukan lisannya.
Maka dari itu, berhati-hatilah ketika melontarkan setiap kata-kata. Tidak asal melaknat atau mencela kepada sesama.
Nabi Muhammad juga mencontohkan tentang perilaku seorang Nabi yang penuh kasih sayang. Kita yang merupakan para pencari cintanya, seharusnya bisa meniru apa yang telah beliau contohkan. Beliau bersabda:
إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً
"Sesunguhnya aku tidak diutus sebagai tukang melaknat, sesungguhnya aku diutus hanya sebagai rahmat".
zxc2
Kedua adalah tidak berbuat kufur kepada suami. Yang dimaksud kufur adalah bukan perempuan yang keluar dari agama Islam. Tapi mengingkari nikmat yang telah diberikan suami dan meninggalkan kebaikan yang telah dilakukannya.
Dalam artian khusus, Rasulullah mengajarkan kepada setiap perempuan untuk mensyukuri apa yang dia dapatkan dari sosok suami tercintanya, sedikit atau banyak sekalipun. Bukan malah mencercanya ketika ia memberikan apa yang tidak diinginkan.
Begitu juga dengan segala kebaikan yang dilakukannya, harus dihargai dengan sebaik mungkin. Bukankah taat kepada suami merupakan sebuah keniscayaan bagi perempan? Sebagaimana disabdakan Rasulullah:
لَوْ أَمَرْتُ أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ المَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Jika saya (diperbolehkan) memerintah seseorang untuk bersujud kepada orang lain, maka saya akan memerintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.”