Tempat Ibadah Yahudi Diberondong Pria Bersenjata, 1 Tewas 3 Terluka
RIAU24.COM - WASHINGTON- Satu orang tewas dan tiga terluka akibat aksi brutal seorang pria bersenjata menembaki sebuah sinagog di California, Amerika Serikat (AS). Sinagog itu menjadi lokasi perayaan Paskah ketika penembakan itu terjadi.
Penembakan di Poway ini terjadi enam bulan setelah serangan bersenjata yang menewaskan 11 orang di sinagog Tree of Life di Pittsburgh, AS, -serangan anti-Semit terburuk dalam sejarah AS belakangan ini.
Pejabat kepolisian di San Diego, Bill Gore mengatakan, polisi telah menangkap pelaku bernama Joan Earnest, (19 tahun). Para penyelidik sedang memeriksa aktivitas tersangka di media sosial dan pernyataan terbuka yang bersangkutan yang diterbitkan secara online.
"Selama penembakan, empat orang terluka dan dilarikan ke rumah sakit Palomar. Satu orang meninggal akibat luka yang dideritanya. Tiga lainnya terluka," kata Bill Gore, seperti dilaporkan BBC, Minggu (28/4/2019).
Gore mengatakan, aparat polisi mendapat panggilan telepon dari sinagog Chabad tepat sebelum pukul 11:30 waktu setempat, setelah pria itu melepaskan tembakan dengan senapan serbu AR-15.
Dia mengatakan, seorang petugas patroli perbatasan, yang sedang tidak bertugas, melepaskan tembakan ke arah tersangka ketika dia melarikan diri dari tempat kejadian dengan mengendarai mobil, tetapi tidak menabraknya.
Kepala polisi San Diego, David Nisleit, mengatakan tersangka kemudian ditangkap oleh anggota kepolisian lainnya. "Dia dapat melihat jelas kendaraan tersangka, tersangka melompat dengan tangannya ke atas dan segera ditahan," katanya.
"Ketika aparat membawa pria berusia 19 tahun ini ke tahanan, dia melihat senapan di kursi penumpang di dalam kendaraannya."
Presiden Trump menyatakan simpati yang mendalam atas jatuhnya korban akibat serangan itu. "Saat ini, kelihatannya ini serangan yang bermotif kejahatan rasial, tetapi bagaimanapun simpati saya yang terdalam bagi semua pihak yang terdampak," katanya seperti dilansir inews.id.
Sedangkan Wakil Presiden AS Mike Pence mengutuk serangan senjata itu dan menyebutnya sebagai tindakan "keji dan pengecut".***