Bukan Isapan Jempol, BMKG Ingatkan Ancaman Gempa Sunda Megathrust Benar-benar Nyata
RIAU24.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa ancaman gempa yang bersumber Sunda megathrust, adalah sesuatu yang nyata. Gempa ini diprediksi memiliki kekuatan yang tinggi dan sumber gempa yang dangkal. Sehingga sangat berpotensi menimbulkan tsunami.
Dituturkan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono, gempa ini terjadi akibat lempengan Sunda Megathrust yang berada di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera.
Namun bila gempa ini terjadi, dampaknya bisa dirasakan hingga ke kawasan pesisir Jawa, Bali hingga Lombok dan Papua. Berdasarkan hal itu, masyarakat yang menetap di kawasan pesisir Samudera Indonesia, diingatkan untuk berhati-hati dan waspada.
Peringatan ini disampaikan BMKG setelah terjadi gempa bermagnitudo 6,9 di Banten pada pukul 19.03 WIB, Jumat (2/8/2019) kemarin.
"Ancaman Sunda megathrust adalah sebuah ancaman riil bahwa itu sebuah ancaman nyata di sepanjang pantai barat Sumatera," ungkap Rahmat Triyono, di kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu 3 Agustus 2019.
Lebih rinci, Rahmat menyebut gempa megathrust diprediksi berjarak 200-250 km di laut lepas. Tidak hanya di Selat Sunda, gempa itu juga diprediksi bisa merambat ke Laut Jawa, Bali, hingga sisi utara Papua dengan jarak yang sama.
"Dari pantai Sumatera mungkin jaraknya sekitar 200-250 km di laut lepas. Kemudian di Laut Jawa jaraknya juga sekitar sama dan menerus sampai ke Bali sampe ke arah timur, kemudian ada di sisi utara Papua, dan itu ada juga dari sumber tumbukan pasifik ya, yang tadi saya sebutkan di awal lempeng Eurasia dan Indo-Australia," terangnya lagi, dilansir detik.
Rahmat mengatakan gempa megathrust bisa saja menimbulkan potensi tsunami. Dia menegaskan sampai saat ini megathrust itu belum bisa diprediksi kapan terjadi.
"Itu adalah ancaman riil, ancaman nyata yang bisa terjadi dan kalau itu kekuatannya besar dan sumber gempanya dangkal, tentunya bisa segitu memungkinkan terjadinya tsunami," katanya.
Dia mengingatkan warga di sepanjang jalur pertemuan tektonik untuk selalu siaga. Apalagi, kata Rahmat, belum ada teknologi untuk memprediksi kapan terjadinya gempa. ***