Rusuh di Fakfak Berlanjut, Massa Kocar-kacir Dilempari Gas Air Mata
RIAU24.COM - Kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, terus berlanjut hingga Rabu 21 Agustus 2019 siang ini. Supaya rusuh tak meluas, aparat Kepolisian mulai menembakkan gas air mata ke tengah barisan massa. Akibatnya, massa sempat kocar-kacir.
Kondisi itu diungkapkan Eko Aristianto, salah seorang warga yang berada di lokasi rusuh. "Massa uber-uberan sama aparat. Gas air mata pedas sekali. Saya lalu pulang amankan anak dan istri," ungkapnya, kepada cnnindonesia.
Perkembangan saat ini, sejumlah jalan di Kabupaten Fakfak mulai ditutup. Sehingga massa tak bisa bergerak ke kota. Ditambahkannya, saat ini massa masih terkonsentrasi di Pasar Tumburuni, Kabupaten Fakfak.
Menurut Eko, setelah ditertibkan petugas, massa sempat membubarkan diri. Namun saat ini massa mulai berkumpul kembali di sepanjang Jalan Wagon hingga Pasar Tumburuni.
Tak hanya itu, rusuh tersebut juga dikabarkan telah mulai memakan korban luka-luka. Menurut Eko, sudah ada dua ambulans yang membawa korban. Namun ia mengaku tak tahu pasti berapa jumlah korban yang mengalami luka-luka tersebut. Ia juga mengaku tak tahu apakah sudah ada massa yang diamankan petugas.
Seperti diketahui, sejumlah kerusuhan yang terjadi Papua, adalah bentuk respon kasus pengepungan Asrama Papua di Surabaya dan peristiwa di Malang. Sebanyak 43 mahasiswa ditangkap aparat kepolisian dari Asrama Papua di Surabaya. Mereka kini telah dipulangkan kembali.
Kirim Pasukan
Beberapa saat sebelumnya, Kabid Humas Polda Papuan AKBP Mathias Krye mengatakan, Polda Papua Barat mengirimkan bantuan untuk membantu pengamanan kerusuhan di Fakfak.
"Anggota Brimob dijadwalkan dikirim ke Fakfak untuk membantu mengamankan wilayah tersebut," terangnya, dilansir antara.
Sementara Eko mengatakan, ia dan sejumlah warga mulai kesulitan mencari makan. Karena tak ada pedagang yang membuka toko mereka.
"Saya tadi pagi sempat keluar, kami butuh makan, cuma akses perekonomian sekarang lagi enggak bisa, belanja apapun enggak bisa, kios-kios tutup. Cari makan susah, terpaksa makan mi," ujarnya lagi. ***