Gara-gara Faktor Ini, Semen Asing Mulai 'Ganggu' Pangsa Pasar Semen Domestik di Tanah Air
RIAU24.COM - Dampak kehadiran semen asing di Tanah Air, saat ini mulai terasa dampaknya. Salah satunya dirasakan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. BUMN ini mengaku kinerja bisnis perseroan terkena dampak dari kedatangan produk semen asing ke Indonesia.
Kondisi ini terjadi karena semen asing itu dijual dengan harga yang lebih murah dibanding harga semen produksi nasional.
Sejauh ini, pengaruh semen asing itu belum dirasakan signifikan. Karena peredaran semen asing tersebut masih berada di wilayah yang bukan pasar utama semen nasional.
Namun SVP Stretegic Management Office (SMO) and Communication Semen Indonesia, Ami Tantri, mengakui, di daerah yang telah beredar semen asing tersebut, penjualan Semen Indonesia memang tergerus. Ia menyebutkan, salah satunya terjadi di Kalimantan.
"Sementara ini kami memang kena hit di area tertentu, tapi bukan major market (pasar utama) kami," ungkapnya, Rabu 21 Agustus 2019.
Dilansir cnnindonesia, menghadapi persaingan itu, pihaknya akan fokus pada wilayah yang bukan menjadi sasaran pasar produk semen asing. Saat ini, Semen Indonesia masih menjadi jawara di wilayah Jawa Barat dan Sulawesi Utara.
Untuk saat ini, secara nasional, pangsa pasar perseroan tercatat sebesar 53 persen dari total pasar nasional pada paruh pertama 2019.
Sejak 2014
Kendati demikian, ia optimistis perseroan bisa menghadapi kompetisi itu dengan mengandalkan kekuatan jaringan dan merek, meskipun produsen semen asing menawarkan harga yang lebih rendah dari pasar.
Sebelumnya, sempat santer beredar kabar yang menyebutkan industri semen domestik tertekan karena pasokannya berlebih. Kelebihan pasokan dalam negeri disinyalir karena produk semen China banjir di pasar. Apalagi, mereka mampu menjual dengan harga di bawah harga produsen domestik.
Kondisi ini bahkan disorot khusus Wakil Presiden Jusuf Kalla. Menurutnya, semen domestik harus bersaing dengan produsen semen asal China. Sebab, mereka dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif, meskipun pangsa pasarnya masih kecil di Indonesia.
Menurut dia, harga semen China lebih kompetitif karena harga pokok produksinya hanya Rp30 ribu per sak. Sedangkan harga pokok produksi dalam negeri mencapai Rp40 ribu per sak. ***