3 Nyawa Melayang, Pihak Kepolisian Sebut Seperti Ini Asal Muasal Rusuh di Deiyai Papua
RIAU24.COM - Untuk kesekian kalinya, bentrok dan rusuh kembali pecah di Papua. Kali ini, kejadian itu berlangsung di Deiyai. Rusuh kali ini mengakibatkan tiga orang tewas, di mana satu korban berasal dari TNI dan dua lagi dari masyarakat.
Pihak Kepolisian menyebutkan, rusuh tersebut dipicu akibat tuntutan penandatanganan referendum pada Bupati Deiyai.
Seperti dituturkan Kabiri Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo, tuntutan referendum dilakukan 150 orang pengunjuk rasa. Mereka kemudian diajak bernegosiasi oleh aparat TNI/Polri di lokasi.
Namun, saat negosiasi berlangsung, bentrok tiba-tiba pecah.
"Muncul kurang lebih sekitar ribuan masyarakat dari berbagai macam penjuru dengan membawa senjata tajam dan panah, langsung melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan," terangnya di Jakarta, Rabu 28 Agustus 2019.
Dilansir republika, Dedi juga menyebutkan adanya dugaan keterlibatan kelompok kriminal bersenjata (KKB) dalam aksi tersebut.
Imbas aksi tersebut, seorang personel TNI tewas dan lima personel Polri terkena luka panah.
Dalam bentrok ini, muncul pula kabar bahwa enam warga sipil tewas. Terkait hal itu, Dedi mengatakan informasi itu belum bisa dipastikan kebenarannya. Menurutnya, kepastian mengenai informasi itu akan terus didalami.
Dedi menyebut, aparat kepolisian bersama TNI masih berupaya melakukan pengendalian terhadap massa dan terus mengimbau masyarakat melalui tokoh dan pemerintah setempat.
"Saat ini diupayakan semaksimal mungkin supaya situasi kondusif di wilayah tersebut," ujar Dedi.
Dibantah
Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf Rodja membantah isu tersebut. Dikatakan, dalam rusuh tersebut, tercatat tiga orang meninggal dunia. Dua di antaranya adalah warga sipil dan seorang anggota TNI AD.
"Tidak benar laporan tentang enam warga sipil yang tewas dan terluka dalam insiden tersebut. Yang pasti tiga orang meninggal dalam insiden tersebut, yakni dua warga sipil dan anggota TNI AD meninggal," kata Irjen Pol Rodja kepada Antara yang menghubungi dari Jayapura, Rabu (28/8) malam.
Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir, serangkaian aksi demonstrasi terjadi di berbagai kota di Papua. Aksi unjuk rasa tersebut dipicu lantaran tindakan rasisme yamg terjadi di Surabaya dan beberapa kota di Pulau Jawa. Sejauh ini, pelaku rasisme masih belum diumumkan pihak Kepolisian.
Aparat TNI dan Polri diturunkan di tanah Papua. Hingga saat ini, akses Internet di Papua juga diblokir. ***