Merinding, Ini Ungkapan Hati BJ Habibie Tentang Akhirat Sebelum Wafat
RIAU24.COM - Innalillahiwainnailahi Roji'un,,,
Berita duka bagi seluruh warga Indonesia bahkan juga dunia, Presiden RI ke-3 BJ Habibie telah menghembuskan nafas terakhirnya, Rabu 11 September 2019, di RSPAD Gatot Soebroto di usia 83 tahun.
Sejak sang istri Alm Hasri Ainun Besari atau yang lebih dikenal dengan Ainun Habibie wafat, kondisi bapak BJ Habibie seakan ikut turut menurun.
Bapak Reformasi dan Teknologi Indonesia ini telah beberapa keluar masuk rumah sakit dalam beberapa tahun terakhir.
Pada awal tahun lalu, saat di Kairo BJ Habibie sempat berpidato mengenai ungkapan isi hatinya soal akhirat yang buat merinding.
Pidato BJ Habibie yang sempat viral itu Mantan Presiden RI ini menuliskan tentang kisah hidupnya.
Inilah isi pidato BJ Habibie yang beredar di group-group WA bikin merinding dan menyentuh hati.
PIDATO B. J. HABIBI
SAAT KEMATIAN ITU KIAN DEKAT
KALAULAH SEMPAT ? Renungan utk kita semua.
(Ketika BJ Habibie berpidato diKairo, beliau berpesan “Saya diberikan kenikmatan oleh Allah ilmu technology sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama itu lebih manfaat untuk umat Islam. Kalo saya disuruh memilih antara keduanya maka saya akan memilih ilmu Agama.”)
Sepi penghuni…
Istri sudah meninggal…
Tangan menggigil karena lemah…
Penyakit menggerogoti sejak lama…
Duduk tak enak, berjalan pun tak nyaman… Untunglah seorang kerabat jauh mau tinggal bersama menemani beserta seorang pembantu…
3 anak, semuanya sukses… Berpendidikan tinggi sampai ke luar negeri…
Ada yang sekarang berkarir di luar negeri…
Ada yang bekerja di perusahaan asing dengan posisi tinggi…
Dan ada pula yang jadi pengusaha …
Soal Ekonomi, saya angkat dua jempol semuanya kaya raya…
Namun….
Saat tua seperti ini dia ‘Merasa Hampa’, ada Pilu Mendesak’ disudut hatinya..
Tidur tak nyaman…
Dia berjalan memandangi foto-foto masa lalunya ketika masih perkasa & enegik yg penuh kenangan
Di rumah yang besar dia merasa kesepian, tiada suara anak, cucu, hanya detak jam dinding yang berbunyi teratur…
Punggungnya terasa sakit, sesekali air liurnya keluar dari mulutnya….
Dari sudut mata ada air yang menetes.. Rindu dikunjungi anak2nya
Tapi semua anaknya sibuk dan tinggal jauh di kota atau negara lain…
Ingin pergi ke tempat ibadah namun badan tak mampu berjalan….
Sudah terlanjur melemah…
Begitu lama waktu ini bergerak, tatapannya hampa, jiwanya kosong, hanya gelisah yang menyeruak…
Sepanjang waktu ….
Laki-laki renta itu, barangkali adalah Saya….
Atau barangkali adalah Anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti
Hanya menunggu sesuatu yg tak pasti…
Yang pasti hanyalah KEMATIAN.
Rumah Besar tak mampu lagi menyenangkan hatinya…
Anak Sukses tak mampu lagi menyejukkan rumah mewahnya yang ber AC…
Cucu-cucu yang hanya seperti orang asing bila datang…
Asset-asset produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa .?
Kira-kira jika malaikat ‘Datang Menjemput’, akan seperti apakah kematian nya nanti
Siapa yang akan memandikan ?
Dimana akan dikuburkan ?
Sempatkah anak kesayangan dan menjadi kebanggaannya datang mengurus jenazah dan menguburkan?
Apa amal yang akan dibawa ke akhirat nanti?
Rumah akan di tinggal, asset juga akan di tinggal pula…
Anak-anak entah apakah akan ingat berdoa untuk kita atau tidak ?
Sedang ibadah mereka sendiri saja belum tentu dikerjakan ?
Apa lagi jika anak tak sempat dididik sesuai tuntunan agama? Ilmu agama hanya sebagai sisipan saja…
Kalau lah Sempat’ menyumbang yang cukup berarti di tempat ibadah, Rumah Yatim, Panti Asuhan atau ke tempat2 di Jalan Allah yang lainnya…
Kalau lah Sempat’ dahulu membeli sayur dan melebihkan uang pada nenek tua yang selalu datang……
Kalau lah Sempat’ memberikan sandal untuk disumbangkan ke tempat ibadah agar dipakai oleh orang yg memerlukan…..
Kalau lah Sempat’ membelikan buah buat tetangga, kenalan, kerabat dan handai taulan……
Kalau lah kita tidak kikir kepada sesama, mungkin itu semua akan menjadi ‘Amal Penolong nya ……
Kalaulah dahulu anak disiapkan menjadi ‘Orang yang Shaleh, dan ‘Ilmu Agama nya lebih diutamakan.
Ibadah sedekahnya di bimbing/diajarkan & diperhatikan, maka mungkin senantiasa akan ‘Terbangun Malam, Meneteskan Air Mata medoakan orang tuanya.
Kalaulah sempat membagi ilmu dengan ikhlas pada orang sehingga bermanfaat bagi sesama…
“KALAULAH SEMPAT”
Mengapa kalau sempat ?
Mengapa itu semua tidak jadi perhatian utama kita ? Sungguh kita tidak adil pada diri sendiri. Kenapa kita tidak lebih serius
Menyiapkan Bekal’ untuk menghadap-NYA dan ‘Mempertanggung Jawabkan’ kepadaNya?
Jangan terbuai dengan ‘Kehidupan Dunia’ yang bisa melalaikan…..
Kita boleh saja giat berusaha di dunia….tapi jadikan itu untuk bekal kita pada perjalanan panjang & kekal di akhir Hidup kita.