ISIS Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Mali yang Tewaskan 53 Tentara
RIAU24.COM - Minggu 3 November 2019, ISIS klaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 53 tentara dan seorang warga sipil di Utara Mali. Serangan itu dilakukan pada pos militer dan tercatat sebagai serangan paling mematikan yang terjadi di negara Afrika Barat.
Seperti dilansir dari Okezone, juru bicara pemerintah Yaya Sangare membenarkan peristiwa itu. “Orang-orang tak dikenal bersenjata berat menyerang sekira siang hari. Serangan dimulai dengan tembakan peluru ... Kemudian mereka mundur ke Niger, ”sebut Yaya Sangare ke Reuters, Sabtu (2 November 2019).
zxc1
Otoritas setempat pertama kali melaporkan serangan di Indelimane, wilayah Menaka itu, pada Jumat. Hanya saja memberikan angka kematian sementara yang lebih rendah.
Sangare sebut bahwa jumlah korban tewas masih bisa bertambah, sebab mayat-mayat itu masih menjalani identifikasi, dan bahwa tentara sedang melakukan operasi tempur di darat dengan dukungan dari pasukan internasional. Terhitung di dalamnya pasukan Prancis dari operasi Barkhane, dan pasukan penjaga perdamaian Amerika Serikat (AS).
zxc2
"Bala bantuan yang dikirim menemukan 54 mayat termasuk satu warga sipil, 10 selamat, dan menemukan kerusakan materi yang cukup besar," sebut Sangare lewat twitter sebelumnya Sabtu.
Memang sejak kematian pemimpinnya, Abu Bakar al-Baghdadi akhir pekan lalu kelompok teroris itu telah mem-posting puluhan klaim tanggung jawab atas serangan. Serangan itu menyusul serangan jihadis pada akhir September yang menggarisbawahi meningkatnya jangkauan dan kecanggihan kelompok-kelompok bersenjata yang beroperasi di wilayah Afrika Barat.
Dari kubu mereka di Mali, kelompok-kelompok dengan jaringan Al Qaeda dan ISIS telah bisa menyebar ke seluruh kawasan Sahel, mengancam bagian-bagian Niger dan Burkina Faso.
Tercatat pernah 38 tentara Mali tewas akibat serangan terkoordinasi pada 30 September. Serangan terkoordinasi itu berlangsung pada dua pangkalan militer di Mali tengah, yang telah terlepas dari kendali pemerintah meski tentara Prancis dan pasukan internasional berada di sana. (Riki)