Rakyat Meksiko Mengamuk Gara-gara Pahlawan Nasional Dilukis Telanjang
RIAU24.COM - Sabtu 14 Desember 2019, Kondisi Negara Meksiko tengah rusuh. Hal itu gara-gara muncul satu lukisan yang menggambarkan pahlawan nasional Meksiko Emiliano Zapata dalam kondisi telanjang.
zxc1
Emiliano Zapata dilukis mengenakan sepatu hak tinggi dan sombrero merah muda. Zapata yang 'telanjang' menunggang kuda putih yang seakan 'terangsang'.
Dilansir dari Okezone, lukisan tersebut menjadi kontroversial sebab dianggap menyinggung masyarakat Meksiko yang konservatif secara sosial. Kemudian memicu protes yang dengan cepat meningkat menjadi kekerasan.
zxc2
Padahal Zapata dianggap sebagai pahlawan nasional yang dihormati di pedesaan Meksiko. Zapata membantu menghapuskan sistem hacienda di awal abad ke-20, menggantikannya dengan kepemilikan kecil dan tanah kolektif.
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador bahkan angkat suara. "Masalah lukisan Emiliano Zapata ini telah menimbulkan kontroversi. "Saya meminta kementerian budaya untuk mengatasi masalah ini sehingga mediasi bisa dicari," sebut Presiden Andres, pada Rabu sebagaimana dilansir Reuters.
Bagi pengunjuk rasa yang menggambarkan diri mereka sebagai bagian dari Serikat Pekerja Pertanian Nasional menyerbu ke museum seni rupa di Mexico City pada Selasa, menuntut agar lukisan itu diturunkan dan dibakar.
Institut Nasional Seni Rupa dan Sastra (INBAL) mengatakan bahwa dua pria secara fisik diserang "Oleh orang-orang yang melontarkan ejekan homofobia". INBAL menambahkan bahwa institut itu memberi para korban "perhatian medis yang diperlukan dan dukungan hukum yang sesuai."
Terjadi juga serangan terhadap anggota media. Fabian Chairez, seniman yang melukis lukisan Zapata itu, berkata, "Saya menggunakan elemen-elemen ini seperti sombrero dan kuda dan membuat proposal yang menunjukkan realitas lain, cara lain untuk merepresentasikan maskulinitas."
Meskipun di Mexico City mulai ada penerimaan pada komunitas gay yang direpresentasikan oleh lukisan Zapata telanjang itu, sikap di luar ibu kota sangat berbeda. Seringkali ada impunitas terhadap diskriminasi, dan laporan kekerasan terhadap homoseksual adalah hal biasa.
"Tentu saja tidak apa-apa jika mereka tidak menyukai lukisan itu, mereka dapat mengkritik pameran, tetapi untuk berusaha menyensor kebebasan berekspresi, itu berbeda," sebut Luis Vargas Santiago, kurator pameran ‘Emiliano Zapata setelah Zapata’. (Riki)