Menu

Parah Banget! 77 Siswa di NTT Dihukum Makan Kotoran Manusia oleh Pendamping Siswa

Muhammad Iqbal 25 Feb 2020, 13:53
Ilustrasi/net
Ilustrasi/net

RIAU24.COM - Siswa di Seminari Bunda Segala Bangsa dipaksa memakan feses atau kotoran manusia oleh 2 pendamping. Hal itu dilakukan terhadap 77 dari 89 siswa kelas VII di sekolah yang berada di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur ( NTT).

Kejadian itu terjadi pada Rabu 19 Februari 2020 lalu. Salah seorang siswa yang menjadi korban menceritakan, setelah makan siang, ia bersama teman-teman kembali ke asrama karena mau istirahat. 

Tiba di asrama, salah satu orang pendamping menemukan kotoran manusia dalam kantong di sebuah lemari kosong. Setelah itu, pendamping memanggil semua siswa dan menanyakan, siapa yang menyimpan kotoran itu. 

Karena tidak ada yang mengaku, pendamping itu lantas menyendok kotoran itu lalu disuap ke dalam mulut para siswa. Mereka pun terpaksa menerima perlakuan itu tanpa perlawanan.

zxc1

"Kami terima dan pasrah. Jijik sekali. Tetapi kami tidak bisa melawan," kata siswa kelas VII yang tak ingin namanya disebut dilansir dari Kompas.com, Selasa 25 Februari 2020.

Para siswa tersebut tak berani melaporkan perlakuan kejam para pendamping kepada orangtua, karena takut akan disiksa nantinya. Kata dia, setelah para murid disiksa, kedua pendamping menyuruh mereka agar tidak menceritakan persoalan itu keluar. 

Tapi, setelah kejadian itu, ada 1 satu orang temannya yang lari ke rumah untuk memberitahukan hal itu kepada orangtua. Kasus tersebut terbongkar pada Jumat 21 Februari 2020, saat ada orang tua siswa yang menyampaikan hal tersebut di dalam grup WhatsApp humas sekolah.

Martinus, salah satu orangtua murid merasa sangat kecewa terhadap perlakuan pendamping asrama yang menyiksa anak-anak dengan memaksa makan kotoran manusia. 
zxc2

"Menurut saya, pihak sekolah beri tindakan tegas bagi para pelaku. Yang salah ditindak tegas. Bila perlu dipecat saja," kata Martinus.

"Saya juga memutuskan untuk pindahkan anak dari sekolah ini. Biar pindah dan mulai dari awal di sekolah lain saja," lanjutnya.

Dia mengatakan, secara psikologis anak-anak yang mendapat perlakuan kotor dari pendamping pasti terganggu jika terus bertahan di sekolah itu.

Sementara itu, pihak Seminari Bunda Segala Bangsa melakukan rapat dengan orangtua siswa terkait hal tersebut. Tapi, mereka enggan untuk berkomentar saat diwawancarai awak media.