Cegah Corona, Praktisi Adat Batak Pekanbaru Lahirkan 7 Arahan dalam Adat Kematian
RIAU24.COM - Pekanbaru - Pandemi corona berimbas ke semua lini kehidupan, mulai dari kesehatan, ekonomi, sosial keagamaan serta budaya serta sendi-sendi lainnya. Salah satunya adat yang berlaku bagi kalangan masyarakat Batak khususnya Batak Toba dalam menghadapi kematian.
Menyikapi hal tersebut, sebanyak 65 praktisi adat yang ada di Pekanbaru menggelar Forum Group Discussion (FGD) secara daring bertajuk "Kesepakatan Praktisi Adat Pekanbaru Dalam Menyikapi Anjuran Pemerintah Untuk Menanggulangi Pandemi Corona", Selasa (24/3/2020)
Inisiator sekaligus Kordinator FGD Pontas Napitupulu kepada media pada Selasa (24/3/2020) malam mengatakan bahwa diskusi ini lahir atas kepedulian masyarakat Batak khususnya yang ada di Pekanbaru dalam mendukung program pemerintah untuk menanggulagi wabah corona yang laju peningkatan kasus nya melonjak sangat tajam, sehingga dibutuhkan sinergitas antara pemerintah dengan para pemangku kepentingan, termasuk dengan para praktisi adat Batak di Pekanbaru.
"Sebagai warga Batak khususnya yang ada di Pekanbaru kita harus memiliki sensitifitas dan empati yang tinggi dalam membantu pemerintah mengatasi covid-19 ini. Salah satunya terkait dengan prosesi adat batak dalam kematian yang lazim dilakukan dengan mengumpulkan orang banyak," kata Pontas Napitupulu.
Mantan Sintua HKBP Kota Hangtuah yang khatam dalam berbagai adat Batak Toba ini menambahkan bahwa langkah cepat yang dibahas dan disimpulkan lewat diskusi tersebut pada intinya "inline" dengan arahan nasional (nasional direction) yang di break down dalam bentuk protokoler acara acara yang mengundang banyak orang yang dapat semakin mempermudah sebaran penularan corona virus.
"Jadi intinya adalah bagaimana kita sebagai warga Batak yang ada di Pekanbaru dapat mengambil peran dalam mensukseskan program phisical distancing (jarak fisik) dalam sebuah acara prosesi adat kematian yang bukan disebabkan oleh covid-19," jelas Pontas.