Menu

SBY Kritik Telegram Polri Soal Penghina Presiden, Rizal Ramli: Mungkin Jokowi Tak Pernah Berjuang Untuk Demokrasi

Muhammad Iqbal 9 Apr 2020, 11:32
Ekonomi Senior Rizal Ramli
Ekonomi Senior Rizal Ramli

RIAU24.COM - Ekonom Senior, Rizal Ramli memberikan apresiasi kepada Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono terkait dengan terbitnya telegram Polri dimana poinnya tentang penindakan hukum penghina presiden dan pejabat negara dalam situasi wabah virus corona (Covid-19).

Selain salut dengan sikap SBY, Rizal Ramli juga mengatakan jika dia dan SBY pernah berjuang saat masa transisi dari sistem otoriter ke demokrasi.

"Salute Mas @SBYudhoyono Jempolan. Kita dulu sama2 memperjuangkan transisi dari sistim otoriter ke demokrasi," ujarnya di akun Twitternya @RamliRizal.

Tak hanya itu, diapun mempertanyakan diera saat ini kenapa seakan mau balik ke sistem pemerintahan yang bersifat otoriter.

"Piye toh kok mau balik kembali ke sistim Otoriter. Jarum kok mau diputar balik ? Mungkin karena Mas @jokowi tidak pernah berjuang utk demokrasi," kata dia lagi.

Seperti dilansir dari CNNIndonesia.com, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyesalkan tentang telegram Polri tersebut. SBY menyatakan poin dalam telegram Polri itu malah memicu persoalan baru.

"Saya perhatikan beberapa hari terakhir ini justru ada situasi yang tak sepatutnya terjadi. Apa itu? Kembali terjadi ketegangan antara elemen masyarakat dengan para pejabat pemerintah, bahkan disertai dengan ancaman untuk "mempolisikan" warga kita yang salah bicara. Khususnya yang dianggap melakukan penghinaan kepada Presiden dan para pejabat negara," ujar SBY dalam tulisan artikelnya yang diunggah ke akun Facebooknya.

"Mumpung ketegangan ini belum meningkat, dengan segala kerendahan hati saya bermohon agar masalah tersebut dapat ditangani dengan tepat dan bijak," imbuhnya.

SBY juga meminta agar semua pihak fokus menangani pandemi Covid-19 di Indonesia yang belum berakhir. "Saya melihat masih ada elemen di negeri ini yang belum benar-benar fokus dan tidak bekerja sesuai prioritasnya. Ingat, first thing first. Waktu dan sumber daya kita terbatas, sehingga harus diarahkan kepada kepentingan dan sasaran utama kita saat ini," tuturnya.