Viral, Begini Penampakan Baju Anti Corona yang Asli Produk Dalam Negeri, Kisahnya Benar-benar Insipiratif
RIAU24.COM - Tak bisa dipungkiri, wabah virus Corona yang tengah melanda Tanah Air, banyak membuat sektor usaha jadi gulung tikar, khususnya yang masih berskala kecil.
Kondisi itu juga yang sempat dirasakan Marvel, Malvin Haryanto, pria berusia 31 tahun yang juga pimpinan Owner Vicory, sebuah perusahaan keluarga yang memproduksi pakaian jadi.
Awalnya, ia sempat putus asa karena tempatnya berjualan Pusat Grosir Metro Tanah Abang Jakarta, harus ditutup karena pandemi wabah virus corona. Namun sekarang, ia kembali bangkit. Adalah baju anti corona, sebuah inovasi yang diciptakannya di tengah pandemi Corona.
Saat ini, baju produksinya ini tengah viral. Malvin pun mengklaim, baju anti corona adalah baju inovasi pelindung virus pertama buatan lokal. "Baju ini lagi viral di sosmed," lontarnya kepada viva, Rabu 16 April 2020.
Baju memiliki model yang simpel, dan jauh dari kesan menakutkan seperti halnya alat pelindung diri (APD). Sehingga disukai banyak kalangan. Yang membuatnya jadi berbeda, adalah pelindung transparan di bagian wajah. Bahkan, salah satu selebriti di Tanah Air, Chika Jessica. Chika sempat memamerkan baju anti corona ini di akun Instagramnya.
Bukan sekadar berbisnis, karena pedulinya dengan wabah virus corona yang membuat banyak bisnis orang kecil gulung tikar, Malvin membuat kampanye #vicorylawancovid19. Tulisan ini pun dijadikan handprint merk dan tag yang disematkan di bagian dalam leher tiap busananya.
"Sedikit makna dari tagline campaign nya, adalah untuk mendukung para wanita yang masih kerja di luar rumah selama pandemi COVID-19," ujarnya.
Tak ingin lekas puas dengan baju anti corona yang dibuatnya saat ini, Malvin pun tengah mempersiapkan inovasi lanjutan dari tema anti corona berikutnya. Saat ini, sudah ada enam model baju anti corona yang tengah diproduksinya. Semua fokus pada atasan dengan pelengkap pelindung wajah.
Sempat Tutup
Namun siapa sangka, sebelum baju itu tercipta, ternyata ada kisah sedih yang mendahulunyai. Malvin kemudian menceritakan secara singkat, bahwa Company Vicory yang berdiri sejak 2011 hingga sekarang awalnya adalah toko grosir di Pusat Grosir Metro Tanah Abang.
Sejak adanya wabah virus corona, pusat grosir ini tutup hingga banyak karyawan yang memilih pulang kampung ketimbang kerja. "Jadi sebagian karyawan yang masih mau kerja kita karantina di mess konveksi," kata Malvin.
Bulan Maret menjadi awal wabah virus corona merebak. Perusahannya pun sempat memproduksi masker kain untuk dibagikan ke lingkungan sekitar kantor. Hingga akhirnya, muncul ide memproduksi hoodie pelindung virus, yang kini terkenal dengan nama "baju anti corona".
"Karena diterima masyarakat, karyawan kita pun memutuskan tetap kerja karena kasar kata kalau dipulangkan mereka gak ada nafkah. Karena jujur, Vicory fokus ke toko Tanah Abang, bukan ke online," akunya.
Malvin pun merasa bersyukur, perlahan, bisnis nya yang sempat terhenti bangkit lagi. Dahulu bisnisnya lebih banyak menjual atasan denim, baju hoodie dan sweater streetwear untu hijab atau non hijab, kini berubah.
Sekitar pertengahan Maret, Malvin mulai menjual baju anti corona lewat media sosial. Meski omset menurun 65 persen, Malvin senang karyawannya masih bisa bekerja dan mendapatkan uang. Saat ini masih ada 55 karyawan yang masih aktif bekerja, sementara 44 karyawan lainnya memilih dirumahkan.
"Bukan dipecat ya, karena kalau sudah pulang tidak perkenankan keluar masuk kantor atau konveksi lagi. Mereka pun masih bisa bekerja lagi setelah wabah virus corona berakhir."
Sukses dengan baju anti corona yang dijualnya Rp125 ribu, sejak 20 Maret dijajakan, baju unik ini sudah laku terjual 12.000 pcs. Saat stok mulai habis, Malvin kembali memproduksi.
Malvin pun sadar, bisnis ini membawa berkah di tengah wabah corona. Karena banyak sekali beberapa rekan bisnis tekstilnya terpaksa harus tutup karena sulit mendapatkan bahan baku impor yang dibutuhkan. "Kalau kita untungnya semua bahan loka," terangnya.
Malvin juga mengaku sempat patah semangat dan kehabisan ide. Ia sempat melakukan voting ketika banyak karyawannya yang memilih untuk dirumahkan. Saat voting dilakukan, ternyata masih banyak yang memilih bertahan.
"Dari situlah, muncul ide produksi baju anti Corona," bebernya lagi. ***