Ini Penyebab Ekonomi Keluarga Pasien Covid-19 yang Meninggal di Bengkalis Merosot
RIAU24.COM - BENGKALIS- Dari pengakuan bernama Ibrahim (58) salah seorang pihak keluarga yang dinyatakan meninggal lantaran diduga terjangkit virus corona. Mereka merasa dikucilkan dan itu berdampak pada perekonomian keluarganya.
Ibrahim merupakan pedangan minyak bensin eceran yang dijajakan didepan rumahnya ditepi jalan lintas Desa Kuala Alam, Kecamatan Bengkalis, kini tampak sepi. Tidak terlihat lagi, warga berduyun duyun untuk mengisikan bensin kendaraan di kios itu seperti sebelumya.
zxc1
Bahkan, pria paruh baya memiliki sepasang anak itu harus mengelus dada setiap harinya. Pasalnya, beredar juga kabar warga takut membeli bensin eceran di lapaknya karna khawatir tertular virus corona.
"Biasanya, bisa laku terjual satu jeregen lebih dan mendapatkan uang sekitar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 setiap harinya. Tapi saat ini, untuk mendapatkan jual beli Rp 40.000 saja sangat sulit sekali," kata Ibrahim ditemui awak media, Sabtu 18 April 2020 kemarin dikediamanya di Desa Kuala Alam.
zxc2
Ia mengaku pasrah dengan kondisi yang menimpa keluarganya tersebut. Saat bercerita, sesekali terlihat matanya berkaca-kaca.
"Kita serahkan saja kepada Allah. Kami yakin, abang kami itu meninggal bukan karna virus conona. Kami keluarga yang tahu bahwa almarhum mempunyai penyakit yang sudah lama diidapnya," ungkap Ibrahim semberi berharap agar warga tidak merasa takut berlebihan.
Dari pernyataan sebelumnya, dari pihak RSUD Bengkalis, warga Desa Sungai Alam, inisial N (69) merupakan abang kandung Ibrahim itu meninggal di RSUD Bengkalis diketahui positif berdasarkan rapid test. Walaupun hasil rapid test tesebut belum membuktikan bahwa yang almarhum positif Covid-19. Pihak RSUD Bengkalis meminta kepada pihak keluarga sebanyak enam orang untuk melakukan pemakaman.
Diakui Ibrahim, warga Sungai Alam dan Kuala Alam memang sudah mengetahui yang melakukan pemakaman almarhum dirinya dan anaknya. Setelah itulah warga menjadi takut dan menghindar saat berpapasan dengan keluarganya.
"Warga yang biasanya datang kemari silaturahmi dan berbual bual dikios inipun tidak pernah lagi datang. Kabarnya mereka takut tertular virus corona," sedihnya.
Kendatipun, dagangan eceran bensin berdampak pada penghasilan yang kian drastis merosot, Pria paruh baya dengan nada sedih di raut wajah tuanya itu masih menampakan tegas dengan kondisi ini. Untuk menghidupkan keluarganya, iapun berdagan sambilan ke Sungai Pakning.
"Walaupun pendapatan jual eceran bensin berkurang, saya berusaha berjualan pisang ke sungai pakning dan Alhamdulillah, Allah masih memberikan rezeki saat musibah menimpa keluarga kami ini," ucapnya lagi. (R24/Hari)