Kisah Ribuan Para Pengungsi di Palu, Hidup Susah di Pengungsian dan Terancam Virus Corona
"Tempat perlindungan ini jauh dari layak untuk tindakan jarak fisik," kata David Pakaya, seorang dokter dan dosen medis di Universitas Tadulako Palu. "Setiap keluarga tinggal di daerah yang kurang dari 215 meter persegi dan tanpa ventilasi yang memadai."
Sebanyak 699 tempat penampungan sementara pemerintah bagi hampir 9.000 orang. Dua belas keluarga berbagi empat kamar mandi dan satu dapur. Di tempat penampungan yang dibangun oleh yayasan swasta, ribuan orang ditempatkan di gubuk kecil, satu kamar dengan atap logam dan kamar mandi yang digunakan bersama.
"Kami menghadapi krisis kedua karena kami masih belum pulih dari yang terakhir," kata Dewi Rana, yang memimpin sebuah LSM lokal yang berfokus pada perempuan, Libu Perempuan.
LSM masih memberikan bantuan makanan, 74 fasilitas kesehatan masih rusak pada awal tahun, dan kerusakan pada sistem irigasi telah membuat banyak mata pencaharian tidak dapat bertahan dan sumber air tidak dapat diandalkan.
"Beberapa teman baru saja mulai pulih, tetapi kami dihadang oleh virus ini," kata Rana.
Sama seperti fasilitas kesehatan yang belum dibangun kembali, banyak warga masih tinggal di tenda darurat yang didirikan tepat setelah bencana September 2018.