Normal Baru vs Terserah
RIAU24.COM - Babak baru mendudukkan Covid-19 sudah di depan mata. Berdampingan. Atau istilah lain. Sama saja.
Substansinya: menyandingkan Covid-19 ini dengan virus atau penyakit lain yang sudah ada sebelumnya. Dengan atau tanpa ditemukan vaksin-nya. Alirannya normal baru.
Yang sebenarnya juga tak baru-baru ada. Bagi sebagian orang kebiasaan lama. Cuci tangan, gunakan masker atau juga lainnya.
Ada yang tak terima dengan normal baru ini. Kata mereka, kalah sebelum bertarung. Tagar-nya: Indonesia Terserah. Menggema.
Di sisi lain, tentu tidak sedikit juga yang suka cita dengan normal baru ini. Dikekang cukup lama. Hidup dalam keadaan digantung. Tanpa kepastian waktu akhir.
Aliran normal baru ini bukannya tidak menghargai nyawa. Tapi bagaimana nyawa yang harus jadi korban itu tidak menggangu psikis manusia lainnya, sebab: kebijakan yang diambil pemangku kekuasaan. Beberapa bulan ini.
Pastinya beban psikis dua juta lebih yang di PHK atau dirumahkan itu saat ini pasti sudah sangat berat.
Dan entah berapa banyak dari mereka itu saat ini yang terbaring di rumah sakit. Atau akhirnya meninggal dunia. Bukankah banyak penyakit datang berawal dari pikiran yang guncang?
Lalu tuk aliran Terserah. Kita berharap jika nanti normal baru lebih disayang-sanjung, tiada kendur semangatnya. Tenaga medis utamanya.
Memang pilihan tergantung tegak kita dimana saat ini. Dan rumitnya, kita tidak sesekali berupaya masuk pada pikiran orang yang kontra sudut pandangnya dengan kita.
Anda di normal baru atau terserah?
Oleh: Alwira Fanzary Indragiri; Wartawan