Klaim Punya Bukti Kuat, AS Kembali Tuding China Sabotase Pengembangan Vaksin COVID-19
RIAU24.COM - Untuk kesekian kalinya, Amerika Serikat kembali mengecam sikap China terkait upaya pengembangan vaksin virus Corona Covid-19. Kali ini, AS yang mengaku telah mengantongi bukti, kembali menuding China berusaha memperlambat atau menyabotase pengembangan vaksin virus corona oleh negara-negara Barat.
"Kami harus menyelesaikan vaksin ini. Sayangnya kami memiliki bukti bahwa komunis China berusaha menyabotase kami atau memperlambatnya," ungkap Senator Partai Republik, Rick Scott, dilansir Straits Times, Minggu 14 Juni 2020.
"China tidak ingin kita melakukannya terlebih dahulu. Mereka telah memutuskan untuk menjadi musuh bagi Amerika, dan saya pikir untuk demokrasi di seluruh dunia," tambahnya.
Ketika ditanya bukti apa yang dimiliki oleh AS, Scott menolak memberikan rincian, namun mengatakan bukti itu dia dapatkan melalui komunitas intelijen.
"Vaksin ini sangat penting bagi kita semua agar perekonomian kita kembali berjalan. Apa yang saya benar-benar percaya adalah apakah Inggris yang pertama atau kita melakukannya pertama, kita akan berbagi," ujarnya, yang dikutip viva.
"Tapi Komunis China, mereka tidak akan berbagi," kecam Scott lagi.
Sebelumnya, Badan Intelijen Dalam Negeri Inggris atau MI5 mencurigai aksi China terhadap negaranya. Mereka mengingatkan peretas mengincar Layanan Kesehatan Nasional atau National Health Service (NHS). Bahkan, upaya peretasan telah dilakukan berulang kali yang menargetkan NHS sejak awal pandemi COVID-19.
Saat ini MI5 memprioritaskan melindungi sektor kesehatan, khususnya yang terkait dengan vaksin COVID-19. Menurutnya jika peretas mengincar kerentanan mendasar seperti memberikan umpan, membuat orang mengklik hal yang salah. Pelaku kejahatan siber itu mengincar data seperti kata sandi.
Buntut dari perkembangan itu, MI5 telah mengingatkan dan mendesak pemerintah untuk meninjau kembali hubungan yang erat dengan China. Mereka beralasan bahwa Inggris perlu mengurangi ketergantungannya terhadap teknologi dan pasokan medis dari negeri Xi Jinping itu. ***