Terdampar di Dalam Kapal, Sebanyak 200.000 Pekerja Berjuang Untuk Tetap Hidup Akibat Pandemi Virus Corona
Kelompok industri pelayaran telah menyatakan keprihatinan mereka tentang "bunuh diri dan melukai diri sendiri" di antara para pekerja dalam surat bersama kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang mengatakan bulan lalu beberapa pelaut telah "terdampar di laut selama 15 bulan".
Konvensi Organisasi Buruh Internasional (ILO) yang dikenal luas sebagai Bill of Rights Pelaut membatasi kunjungan kerja seorang pekerja ke kurang dari 12 bulan. Ketegangan juga dirasakan oleh keluarga yang menunggu di rumah. Priyamvada Basanth mengatakan dia tidak tahu kapan dia akan melihat suaminya yang telah melaut selama delapan bulan di sebuah kapal milik perusahaan Hong Kong.
"Pemerintah bahkan tidak melakukan apa-apa," kata Basanth, dari kota pelabuhan India selatan Kochi. "Aku hanya ingin dia pulang."
Lala Tolentino, yang menjalankan kantor Filipina untuk kelompok pendukung pelaut yang berbasis di Inggris, mengatakan mereka telah dibanjiri oleh "ratusan" permintaan bantuan dari pekerja yang terdampar sejak Maret. "Mereka ingin tahu apa yang akan terjadi pada mereka, ke mana mereka pergi. Apakah mereka dapat turun dari kapal mereka," katanya kepada AFP.
Banyak dari mereka yang terjebak di kapal menyelesaikan tur mereka lebih dari empat bulan lalu dan kelelahan, kata ILO bulan lalu. Bagi Duseja, yang berasal dari kota Dehradun di India utara di kaki pegunungan Himalaya, akhir dari cobaannya sudah terlihat.
"Saya masih di kapal," katanya kepada AFP dalam pesan WhatsApp pekan lalu. "Tetapi secara mental, saya merasa sedikit lebih baik karena saya diberitahu bahwa saya akhirnya turun dari kapal pada pertengahan Agustus."