Daripada Mengalir Ke Korporasi, Lebih Baik Dana POP Buat Pembatas Meja Belajar
RIAU24.COM - JAKARTA - Direktur Indonesia Future Studies (INFUS), Gde Siriana Yusuf menyampaikan kritik keras terhadap Program Organisasi Penggerak (POP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang mebelan anggaran sejumlah Rp 595 miliar per tahun
Pasalnya, program tersebut justru melibatkan pihak swasta yang terafialisi dengan CSR perusahan besar, yakni Sampoerna dan Tanoto Foundation. Menurutnya, mestinya Kemendikbud lebih memaksimalkan peran serta organisasi kemasyarakatan (Ormas).
Melansir idtoday, melalui akun Twitter-nya @SirianaGde, Gde Siriana kemudian menjelaskan fasilitas internet siswa dan mahasiswa, yang selama masa pandemik virus corona baru (Covid-19) belajar di rumah tapi tidak disediakan internet gratis oleh pemerintah.
Menurutnya, program Kemendikbud tersebut telah mengesampingkan pembangunan infrastruktur pendidikan yang sampai sekarang tak kunjung usai.
Atas dasar itulah, Siriana mendesak nadiem Makarim untuk mengalihkan anggaran besar tersebut untuk membuat fasilitas belajar di sekolah berupa pembatas meja.
“Jika Kemendikbud tak mampu kasih gratis paket internet anak-anak pelajar dan mahasiswa, belajar offline dengan protokol Covid-19 seperti gambar dapat dicontoh,” cuit Board Member of Bandung Innitiaves Network ini, Sabtu (1/8).
“Daripada dana POP diberikan ke CSR korporasi lebih baik subsidi sekolah untuk penyediaan pembatas meja belajar,” pungkas cuitan Gde Siriana Yusuf.