Putra Mahkota Arab Saudi Dituduh Kirim Pasukan Pembunuh untuk Habisi Agen Rahasia di Kanada
RIAU24.COM - Sebuah dokumen pengadilan yang diajukan di Amerika Serikat (AS) mengungkap perintah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dituduh mengirimkan regu pembunuh ke Kanada untuk menghabisi nyawa Saad Al- Jabri, seorang mantan pejabat intelijen Saudi.
Jabri, seorang veteran pemerintah Arab Saudi, melarikan diri ke pengasingan tiga tahun lalu. Sejak itu dia berada di bawah perlindungan keamanan swasta di Toronto, Kanada.
Menurut dokumen pengadilan yang dilansir BBC, rencana pembunuhan itu diduga gagal setelah agen perbatasan Kanada curiga terhadap regu pembunuh tersebut ketika mereka berusaha memasuki Bandara Internasional Pearson Toronto.
Laporan setebal 106 halaman, yang diajukan di Washington DC itu, tidak menyertakan bukti, dan menuduh MBS, julukan, untuk Mohammed bin Salman, berusaha membunuh Saad Al-Jabri untuk membungkamnya. Selama bertahun-tahun ia menjadi perantara kunci untuk MI6 Inggris dan agen mata-mata Barat lainnya di Arab Saudi.
Jabri mengatakan bahwa dia memiliki "informasi yang memberatkan" MBS. Menurut dokumen tersebut, informasi itu termasuk dugaan korupsi dan mengawasi tim tentara bayaran pribadi berlabel Tiger Squad (Pasukan Harimau).
Dia mengatakan, anggota pasukan itu terlibat dalam pembunuhan jurnalis Khashoggi, yang dihabisi di dalam konsulat Saudi di Istanbul pada 2018.
"Beberapa tempat menyimpan informasi yang lebih sensitif, menghina dan memberatkan tentang terdakwa bin Salman daripada pikiran dan ingatan Dr Saad (Al Jabri) - kecuali mungkin rekaman yang dibuat oleh Dr Saad untuk mengantisipasi pembunuhannya," kata dokumen itu sebagaimana dikutip okezone dari BBC.
"Itulah sebabnya terdakwa bin Salman menginginkannya mati, dan mengapa terdakwa bin Salman telah bekerja untuk mencapai tujuan itu selama tiga tahun terakhir."
Jabri melarikan diri dari Arab Saudi menjelang pembersihan oleh MBS pada 2017, dan pergi ke Kanada melalui Turki.
Dia menuduh Mohammed bin Salman melakukan upaya berulang untuk mengembalikannya ke Arab Saudi, bahkan mengirimkan pesan pribadi, termasuk yang berbunyi: "Kami pasti akan menghubungi Anda".
Sejauh ini belum ada komentar apa pun dari Pemerintah Saudi mengenai klaim tersebut. Sementara pihak Kanada menyatakan tidak bisa berkomentar mengenai kasus khusus, tetapi menegaskan tidak akan menoleransi aktor asing yang mengancam keamanan nasional negara itu, warganya, dan penduduknya.
"Kami akan selalu mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga agar Kanada dan orang-orang di Kanada aman dan kami mengundang orang untuk melaporkan ancaman semacam itu kepada pihak penegak hukum," kata Menteri Keamanan Publik Kanada, Bill Blair.**