Buka Pelatih Pengembangan Budidaya Berkelanjutan Paludikultur, Ini Pesan Budhi
RIAU24.COM - SIAK- Asisten Admintrasi Pemerintahan dan Kesra Setda Budhi Yuwono menyebutkan, Paludikultur bukanlah konsep baru dalam hal pengelolaan gambut di Kabupaten Siak. Pola pertanian ini sejak 2015 sudah diterapkan oleh petani Kabupaten Siak.
"Paludikultur ini sudah lama kami terapkan, Pola ini kami lakukan upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan, Hanya saja faktor utamanya adalah keterbatasan pengetahuan dan kemampuan petani dalam mengolah lahan gambut serta pemilihan jenis tanaman belum tepat,"kata Budhi saat membuka Webinar Pelatihan Bagi Pelatih Berbasis Lapangan Dalam Pengembangan Budidaya Berkelanjutan Paludikultur, di Harmoni 21 Hotel.
zxc1
Budhi Yuwono juga memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah menggagas dan melaksanakan Webinar Pelatihan tersebut agar penerapan Paludikultur di Kabupaten Siak dapat dikembangkan, sehingga masyarakat (petani) mampu mengolah lahan gambut dengan baik.
"Saya atas nama Pemerintah Kabupaten Siak tentunya sangat berterimakasih dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada LPPM Universitas Riau dan Badan Restorasi Gambut (BRG) yang memiliki inisiatif melaksanakan pelatihan ini. Semoga dengan adanya pelatihan dan berbagai seminar akan menjadikan pengelolaan lahan gambut di Kabupaten Siak kedepannya lebih baik", ujarnya.
zxc2
"Kami berharap seluruh peserta pelatihan nantinya dapat menjadi pelopor gerakan Paludikultur di wilayah masing-masing, sehingga selain gambut dapat bermanfaat secara ekonomis bagi masyarakat sekaligus, meminimalisir terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Saya juga berharap kepada kita semua agar pelaksanaan kegiatan ini dengan memperhatikan protokol kesehatan", pungkasnya.
Sebelumnya, Dr.Haris Gunawan, Deputi IV Badan Restorasi Gambut (BRG) RI mengatakan bahwa banyak pihak beranggapan ekosistem gambut memiliki produktifitas rendah,lahan marjinal, dan sulit diupayakan. Namun secara tegas Ia mengatakan bahwa ekosistem gambut nyatanya sangat mendukung pembangunan dan kehidupan masyarakat.
Haris juga menyampaikan bahwa gambut memiliki peran vital dalam mengurangi bencana hidrometeorologi. Menurutnya, hal ini didasari oleh gambut sebagai penyimpan karbon,serta rumah bagi keanekaragaman hayati.
Haris menekankan bahwa budidaya pada lahan gambut (termasuk di Kabupaten Siak) harus benar-benar memahami karakteristik gambut, yakni berada dalam kondisi basah dengan tinggi muka air (TMA) harus lebih tinggi dari -0.4 m sepanjang tahun.
Masih menurut Dr.Haris bahwa hingga saat ini, BRG telah mengidentifikasi spesies potensial, nilai keekonomian komoditas, serta melakukan berbagai penelitian atau uji coba di lapangan. Minimal terdapat tiga faktor penting paludikultur dapat lebih dikembangkan di Kabupaten Siak yaitu partisipasi masyarakat, keterlibatan sektor swasta/dunia usaha, dan kebijakan penataan ulang lanskap ekosistem gambut yang bersinergi.
"Kami sangat berharap peran serta Pemerintah Daerah dan masyatakat untuk bersama-sama melestarikan ekosistem gambut,salah satunya dengan mendukung restorasi gambut serta mempraktekkan sistem paludikultur dalam pengolahan lahan gambut untuk kemajuan ekonomi masyarakat," ucapnya.
Kegiatan ini juga di hadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Siak, Pimpinan OPD dilingkungan Pemerintah Kabupaten Siak,dan puluhan peserta dari berbagai daerah di Kabupaten Siak.