Ini Reaksi Warga Paris Terhadap Serangan di Dekat Bekas Kantor Charlie Hebdo
RIAU24.COM - Dua orang menerima perawatan setelah ditikam di luar bekas kantor surat kabar satir Charlie Hebdo di timur Paris. Korban penyerangan pada Jumat sore itu, seorang pria dan seorang wanita, bekerja di sebuah perusahaan produksi media bernama Premieres Lignes. Perusahaan mengambil alih ruang kantor pada tahun 2015 setelah serangan mematikan pada bulan Januari tahun itu terhadap staf Charlie Hebdo, yang menewaskan 12 orang.
Berbicara dari tempat kejadian pada hari Jumat, Perdana Menteri Jean Castex mengatakan luka-luka para korban tidak mengancam jiwa. Dua pria ditangkap di dekatnya sekitar satu jam setelah penusukan terjadi. Lima orang lainnya kemudian ditangkap karena dicurigai membantu merencanakan serangan itu.
Kantor Penuntut Anti-Teroris Nasional (Pnat) Prancis telah membuka penyelidikan, mengutip lokasi dan waktu serangan sebagai faktor kunci dalam kecurigaannya terhadap terorisme. "Mengingat lokasi serangan, di depan gedung tempat staf editorial Charlie sebelumnya ditempatkan," insiden itu sedang diselidiki sebagai kemungkinan serangan teroris, kata jaksa penuntut Paris Remy Hertz.
Kekerasan itu terjadi tiga minggu setelah dimulainya persidangan tinggi yang menuduh 14 orang membantu penyerang dalam logistik serangan Charlie Hebdo, serta serangan di supermarket halal di mana empat orang tewas. Bagi warga Paris, penusukan tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian serangan dalam beberapa tahun terakhir yang telah mengubah negara itu.
"Ini menjadi 'normal'," Jules Rotivel, seorang siswa berusia 21 tahun yang sekolahnya dekat dengan kantor, mengatakan kepada Al Jazeera. “Itu pernah terjadi sebelumnya, dan itu akan terjadi lagi… tapi itu tidak berarti kita harus berhenti menjalani hidup kita.”
Laetitia Nassah, seorang guru sekolah dasar berusia 36 tahun yang bekerja di sebelah kantor, mengungkapkan perasaan yang sama. “Sulit untuk mengakuinya, tapi ini adalah sesuatu yang saya rasa kita semua sudah terbiasa,” kata Nassah kepada Al Jazeera.