Hampir 6.000 Warga Sipil Jadi Korban Perang di Afghanistan Sepanjang Tahun Ini
Pertempuran meningkat tajam di beberapa bagian negara itu dalam beberapa pekan terakhir karena negosiator pemerintah dan Taliban gagal membuat kemajuan dalam pembicaraan damai.
Taliban telah berperang dengan pemerintah Afghanistan sejak digulingkan dari kekuasaan dalam invasi pimpinan AS pada 2001. Washington menyalahkan penguasa Taliban saat itu karena menyembunyikan para pemimpin al-Qaeda, termasuk Osama bin Laden. Al-Qaeda dituduh merencanakan serangan 9/11.
Sementara itu, utusan AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, mengatakan pada hari Selasa bahwa tingkat kekerasan di negara itu masih terlalu tinggi dan pemerintah Kabul serta pejuang Taliban harus bekerja lebih keras untuk menggencarkan gencatan senjata di perundingan Doha.
Khalilzad membuat komentar sebelum menuju ke ibu kota Qatar untuk mengadakan pertemuan dengan kedua belah pihak. “Saya kembali ke daerah kecewa karena meski ada komitmen untuk menurunkan kekerasan, itu belum terjadi. Jendela untuk mencapai penyelesaian politik tidak akan tetap terbuka selamanya, ”katanya dalam tweet.
Perlu ada "kesepakatan tentang pengurangan kekerasan yang mengarah ke gencatan senjata permanen dan komprehensif", tambah Khalilzad.
Kesepakatan pada bulan Februari antara AS dan Taliban membuka jalan bagi pasukan asing untuk meninggalkan Afghanistan pada Mei 2021 dengan imbalan jaminan kontraterorisme dari Taliban, yang setuju untuk duduk dengan pemerintah Afghanistan untuk merundingkan gencatan senjata permanen dan formula pembagian kekuasaan. Tetapi kemajuan dalam pembicaraan intra-Afghanistan telah lambat sejak dimulai pada pertengahan September dan para diplomat serta pejabat telah memperingatkan bahwa kekerasan yang meningkat di dalam negeri telah melemahkan kepercayaan.