Kota Ini Jadi Tujuan Terbaik Untuk Para Ekspatriat
RIAU24.COM - KUALA LUMPUR menempati urutan kedelapan sebagai tujuan terbaik bagi ekspatriat untuk tinggal dan bekerja menurut studi terbaru. Bahkan menurut penelitian, ekspatriat yang tinggal di ibu kota menganggap KL sebagai destinasi yang cukup nyaman selain biayanya yang terjangkau.
Survei Expat City Rankings 2020 dilakukan oleh InterNations, komunitas ekspatriat terbesar di dunia dengan empat juta anggota yang melibatkan 15.000 responden di 66 kota di seluruh dunia.
Tahun ini adalah keempat kalinya secara berturut-turut KL masuk dalam 10 besar destinasi teratas.
Semakin banyak ekspatriat yang memilih Malaysia sebagai rumah kedua mereka. Biaya hidup di Kuala Lumpur masuk akal dalam indeks keuangan dan perumahan, dengan tujuh dari 10 ekspatriat di KL (70 persen) mengatakan perumahan di ibu kota Malaysia itu terjangkau (41 persen di seluruh dunia).
Lebih dari empat dari lima (84 persen) mengatakan tidak sulit untuk menemukan rumah di KL (55 persen di seluruh dunia).
Tiga dari responden penelitian merasa puas dengan situasi keuangan mereka (76 persen dibandingkan dengan 61 persen di seluruh dunia) dan biaya hidup lokal (77 persen dibandingkan dengan 46 persen di seluruh dunia) di Kuala Lumpur. "Hidup di KL sangat mudah dan terjangkau," kata seorang ekspatriat Swedia yang tinggal di Kuala Lumpur.
Sedangkan sembilan dari 10 ekspatriat (91 persen) mengatakan hidup di Kuala Lumpur mudah tanpa harus berkomunikasi dalam bahasa daerah.
Ibu kota Malaysia juga menempati urutan kedelapan dalam subkategori sosial dengan 72 persen senang dengan kehidupan sosial mereka (59 persen di seluruh dunia) dan 60 persen dengan mudah membuat kenalan baru (47 persen di seluruh dunia).
Dalam hal keamanan dan stabilitas politik, KL, bagaimanapun, jauh lebih rendah di antara komunitas pendatang.
Hanya 68 persen ekspatriat merasa aman dengan situasi politik (82 persen di seluruh dunia), sementara tiga dari delapan responden penelitian (36 persen) merasa puas dengan stabilitas politik di Malaysia (61 persen di seluruh dunia).
Namun perlu dicatat bahwa data yang dikumpulkan dilakukan pada Maret 2020, sebelum Covid-19 menjadi pandemi global.