AS Akan Kerahkan Sistem Rudal Iron Dome Israel ke Teluk
RIAU24.COM - Amerika Serikat (AS) berencana mengerahkan sistem pertahanan rudal Iron Dome buatan Israel ke beberapa pangkalan militernya di negara-negara teluk. Rezim Zionis dilaporkan sudah memberikan izin pengerahan senjata pertahanan canggihnya tersebut.
Iron Dome merupakan salah satu permata industri manufaktur senjata Israel. Senjata tersebut sudah terbukti efektif melindungi negara Yahudi dari banyak serangan roket asal Gaza, Palestina, dalam beberapa tahun terakhir.
Rencana pengerahan senjata pertahanan itu terjadi dengan latar belakang Perjanjian Abraham antara Israel dan dua negara Teluk, Uni Emirat Arab dan Bahrain, dan dari dua kesepakatan besar senjata AS, satu dengan UEA, dan yang lainnya dengan Arab Saudi. Amerika selama ini mengandalkan sistem rudal Patriot untuk melindungi pasukannya di Timur Tengah.
Tiga minggu lalu, Organisasi Pertahanan Rudal Israel di Kementerian Pertahanan menyerahkan baterai Iron Dome kedua kepada Departemen Pertahanan AS. Baterai tersebut dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems Israel sebagai bagian dari perjanjian untuk dua baterai Iron Dome yang ditandatangani antara kedua negara pada Agustus 2019.
Sistem Iron Dome diserahkan kepada Amerika dan sumber pertahanan Israel mengatakan Amerika Serikat telah menerima persetujuan dari pejabat senior Israel untuk mulai menggunakan sistem pertahanan rudal di pangkalan militer Amerika di sejumlah negara, termasuk di Timur Tengah, Eropa dan Timur Jauh.
"Saya yakin bahwa sistem tersebut akan membantu Angkatan Darat AS mempertahankan tentara Amerika dari ancaman (rudal) balistik dan udara," kata Menteri Pertahanan Benny Gantz pada upacara pengiriman baterai kedua mengutip dari Sindonews. Minggu 24 Januari 2021.
Karena kepekaan masalah bagi Amerika, para pejabat Israel menolak untuk mengungkapkan di negara mana sistem rudal Iron Dome akan ditempatkan. Tetapi, menurut laporan Haaretz, Minggu (24/1/2021), di balik pintu tertutup, Israel memberikan persetujuan diam-diamnya kepada Amerika untuk menempatkan baterai itu untuk mempertahankan pasukannya dari serangan oleh Iran dan proksinya.
Selain negara-negara Teluk, kata para pejabat Israel, penempatan itu juga diharapkan terjadi di negara-negara Eropa Timur, karena takut Rusia dapat membahayakan pasukan Amerika, atau infrastruktur strategis di negara-negara tersebut.
Pada September 2018, sebuah surat kabar Arab Saudi melaporkan bahwa Riyadh telah menandatangani perjanjian untuk membeli baterai Iron Dome dari Israel dengan pihak Amerika bertindak sebagai mediator. Namun, Kementerian Pertahanan Israel segera menyangkal laporan bahwa kesepakatan semacam itu telah ditandatanganibtetapi tidak menyangkal bahwa Saudi memang telah meminta untuk membeli sistem tersebut.
Setelah serangan terhadap kilang minyak dan fasilitas perusahaan minyak nasional Saudi Aramco di Arab Saudi pada September 2019, yang dikaitkan dengan Iran, Arab Saudi dan negara-negara lain mengajukan permintaan mereka untuk membeli baterai Iron Dome guna mempertahankan diri dari ancaman Iran.
Tetapi pejabat Israel menyangkal bahwa menyediakan sistem Iron Dome adalah bagian dari perjanjian normalisasi dengan negara-negara Teluk, karena pembelian baterai Iron Dome oleh Amerika Serikat telah ditandatangani pada 2019, jauh sebelum Perjanjian Abraham.
Dua baterai pertama yang dikirim ke Amerika Serikat dikembangkan di Israel oleh Rafael dan mitra lainnya. Namun dalam beberapa bulan, Rafael diperkirakan akan membuka jalur produksi bersama dengan kontraktor pertahanan AS Raytheon, salah satu perusahaan pertahanan terbesar di dunia, untuk rudal pencegat versi Amerika. Ini akan memungkinkan Rafael dan Raytheon memasok versi Amerika ke Angkatan Darat AS dan mengekspor ke negara-negara lain di Eropa, Teluk, dan Asia Timur.
Kementerian Pertahanan dan industri militer telah meminta badan pengawas untuk melonggarkan pembatasan ekspor pada sistem senjata Israel, termasuk Iron Dome. Industri pertahanan berpikir adalah mungkin untuk membuat versi ekspor dan menjualnya ke sejumlah negara yang sejauh ini telah dihindari Israel untuk menjual sistem senjata canggih.