Efek Vaksin Covid-19 Bagi Pria, Netizen Sebut Alat Kelamin Sulit Ereksi
RIAU24.COM - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI, telah mengeluarkan izin darurat penggunaan vaksin atau Emergency Use Authorization (UEA) vaksin Sinovac produksi Sinovac Biotech Inc. Namun pro dan kontra penyuntikan vaksin di kalangan masyarakat juga masih terjadi.
Padahal, sosialisasi serta edukasi tentang program vaksinisasi yang dilakukan pemerintah terus digaungkan oleh berbagai jajaran.
Meski demikian, banyaknya masyarakat yang khawatir akan efektivitas dan efek samping dari vaksin tersebut lantaran ke simpang siuran pemberitaan yang terjadi di media sosial akan vaksin.
Hal ini yang diungkapkan beberapa netizen dalam unggahan Instagram @teluuur, banyak yang mengakui setelah vaksi mereka mengalami kondisi alat kelamin susah ereksi bagi pria. Unggahan tersebut diunggah kembali oleh akun @AREAJULID, kamis (8/4).
“Dis! Beneran ga si? Gw baca comment2nya panjang bgt banyak yg bilang efek ini efek itu trs ga nyesel nolak v4ksin. Tp kakek dan sodara2 gw banyak yg udh v4ksin baik2 aja,” tulis dalam keterangan unggahan tersebut.
Kemudian unggahan tersebut menampilkan beberapa pengakuan netizen yang mengatakan isu susah ereksi setelah vaksin ini benar.
“Vaksin!! Bikin k***** gk bisa negeceng!!sialan!!,
Serius sumpah demi Allah, temen suamiku satpam di area semarang semua nya disuruh vaksin dr perusahaan, utung wakti itu suami saya gk brngkt.. tau nya semua satpam2 yg di vaksin itu semua nya gak bisa *maaf (ngeceng) Alat kelamin nya.. ini nyata saya brani Sumpah di atas alqur’an.!,” ungkap 2 akun Instagram yg namanya sudah diblur.
Hingga saat ini belum diketahui kebenaran dari efek samping vaksin bagi pria ini, dokter dan pemerintah belum membenarkan isu tersebut.
Seperti diketahu, keputusan BPOM terhadap vaksin didasarkan dari hasil uji klinis tahap tiga yang dilakukan di Bandung serta di Brazil dan Turki. Di mana hasil uji klinisnya tahap tiga di Bandung menunjukan efikasi vaksin sebesar 65,3 persen. Sedangkan di Brazil menunjukan efikasi sebesar 78 persen dan di Turki sebesar 91,25 persen.
Hasil tersebut menurut BPOM, telah memenuhi persyaratan otoritas kesehatan dunia (WHO) dengan minimal efikasi vaksin sebesar 50 persen.